Minggu, 18 September 2011

KARENA SANDIWARA SANG LANGIT


Assalamu’alaikum warohmatullah…

Ya allah ya robbi.. akhirnya subuh ini tepat pada tanggal 19 september 2011 kutamatkan juga membaca sebuah buku yang berjudul “ Sandiwara Langit”. Buku yang dikarang oleh bapak Abu Umar Basyier-penulis buku best seller “sutra ungu-. Buku ini menyajikan satu kisah nyata yang sarat akan taburan hikmah penyubur iman di dada. Kisah yang senantiasa insyaallah akan diabadikan dalam hati sipemilik jiwa. Semoga pemiliknya dikaruniakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nantinya. Amiin.

Buku ini bukanlah buku baru yang baru saja terbit, diterbitkan pada tahun 2008. aku merasa rugi karena terlambat membacanya. Tapi ah, bagiku itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah bahwa sekarang aku telah membacanya dan menemukan mutiara hikmah dibalik apa yang telah dibeberkan di dalamnnya. Mampu melepaskan dahaga, bagi siapa saja yang mempunyai rasa haus akan ilmu mengenai cinta dan rumah tangga. Tapi jangan puas dengan satu buku ini saja, masih banyak buku-buku lain yang bagus untuk dibaca.

Penulis buku Sandiwara Langit mencoba menuliskan kisah nyata yang bersumberkan langsung kepada orang yang mengalaminya. Wawancara antara penulis dengan si fulan –pemilik kisah- membutuhkan waktu yang sangat lama, karena kisah ini diusahakan agar terungkap secara detail. Aku yakin kisah ini terjaga kemurniannya.
ceritanya tentang kehidupan suami istri beriman yang berjalan lurus di atas al-quran dan Sunnah. yang senantiasa melabuhkan cinta hanya kepada Allah semata. Cinta mereka dipertaruhkan oleh banyaknya cobaan, namun karena kekuatan cinta pada Allah mereka mampu menjalaninya dengan perasaan sabar dan ikhlas.

Boleh kuceritakan sedikit..

Pemuda itu bernama Rizqaan. Sedangkan muslimahnya bernama Halimah. Mereka memulai rumah tangga setelah melalui keputusan yang sangat sulit. Rizqaan sendiri adalah pemuda cerdas, beriman. Dia lebih mencintai duduk di masjid ketika pemuda lain sibuk bersenang- bersenang di klub malam. Sedangkan halimah adalah muslimah yang baik, santun lagi beriman. Semenjak sekolah dasar dia sudah meminta orang tuanya untuk mengizinkannya mengenakan hijab seutuhnya.

Pemuda miskin yang baru berumur 18 tahun itu sudah kuat keinginannya untuk menikah. Dia takut, jika keinginan ini ditunda akan menyebabkannya berbuat yang tidak baik dan hingga melanggar syariat. Dia sudah melakukan shaum nabi daud dengan harapan dapat menunda pernikahan hingga dia mampu. Tapi keinginan itu semakin kuat bersarang di hatinya.

Ada satu hal yang membuatnya merasa bimbang, dia belum memiliki pekerjaan yang tetap. Dia sadar bahwa sebenarnya dia masih hijau untuk menikah. namun keinginannya untuk menyempurnakan separuh dien itu sangat kuat bercokol di jiwanya. Oleh karena itu, Rizqaan meminta nasehat kepada ustadznya, apa langkah yang harus dia tempuh. Saat itu, ustadz malah melontarinya dengan pertanyaan. “ apakah sudah punya calon?”, spontan dia menjawab “ sudah”. Bahkan dia sudah berniat mengajukan lamaran kepada orang tua calonnya itu. dan beberapa minggu yang lalu dia sudah bertemu dengan orang tuanya.

Yang menjadi masalahnya saat itu adalah, bahwa orang tua calonnya itu hanya ingin menikahkan anaknya dengan orang yang mapan. Singkat cerita, akhirnya orang tua gadis itu mau juga menikahkan anak gadisnya asalkan rizqaan mau melakukan syarat yang dia ajukan. Syaratnya adalah “ bahwa dalam sepuluh tahun dia harus dapat memberi penghidupan yang layak kepada istrinya, tapi jika tidak maka dia harus menceraikannya”. Bukankan sebuah syarat yang tak lazim????. Tapi karena azzam yang sudah kuat, rizqaan menyetujuinya. Ia yakin bahwa Allah akan selalu membantunya.
Pada akhirnya mereka menikah, kehidupan rumah tangganya dipenuhi cahaya iman. Walaupun saat itu mereka hidup dalam keadaan perekonomian yang sulit. Sangat sulit. Mereka bahkan pernah berasakan makan nasi pakai garam.

Rizqaan memulai usaha sebagai penjual roti keliling. Usaha itu tidak selalu berjalan mulus, dia juga mendapatkan cobaan karena dituduh mencuri pelanggan. Namun akhirnya dia berhasil meraih sukses, sampai dia bisa mendirikan pabrik roti secara mandiri. Perlahan-lahan kehidupan mereka mulai mengalami peningkatan.

Walaupun kehidupan mereka sudah mapan. Penuh dengan kebahagiaan. Namun semua itu tidak mengurangi rasa cinta mereka kepada allah. Semakin allah menambah rizki, semakin bertambahlah rasa keimanan di dada mereka. Apalagi setelah mereka dikaruniai seoranga anak lelaki. Semakin lengkaplah rasa kebahagiaan dan rasa syukur kepada allah subhanahu wa ta’ala

Sungguhpun begitu, rasa khawatir masih bersarang di hati mereka. Teringat akan perjanjian dengan orang tua halimah dahulu. Singkat cerita, sampailah umur pernikahan mereka 9 tahun. Saat itulah musibah demi musibah menguji keamanannya.
Ketika umur pernikahan mereka hampir mencapai 10 tahun. Musibah besar terjadi. Seluruh harta mereka lenyap. Rumah, toko, mobil lenyap dimakan si jago merah. Bahkan ayah dan ibu rizqaan ikut terbakar hingga menewaskan ayahnya. Untunglah nyawa ibunya bisa diselamatkan.

Namun penderitaan tak hanya sampai di situ. Esoknya orang tua halimah mendatangi rizqaan. Ia meminta janji rizqaan dahulu untuk menceraikan halimah, istri yang dicintainya. Dan pada saat itu juga mereka bercerai. Perceraian yang sangat sulit. Namun harus bagaimana, janji tetaplah janji. mereka tidak mau durhaka kepada Allah. Padahal air mata karena kehilangan orang tua belumlah kering.

Bagaimana kehidupan halimah setelah itu? Halimah dijodohkan dengan pemuda kaya anak pejabat pemerintah. Pemuda duda yang ditinggal mati oleh istrinya. Tapi syukurlah pernikahan itu tidak terjadi, halimah mengemukakan alasan bahwa dia mengidap sakit leukemia. Alasan yang tidak dia buat-buat. Dia benar-benar menderita penyakit yang baru-baru ini ketahuinya. Leukemia. Dokter menaksir umurnya hanya tinggal 3-4 bulan lagi.

Sudah banyak laki-laki mendatangi halimah, namun dia tidak mau. Dia hanya ingin dinikahkan kembali dengan mantan suaminya, rizqaan. Dia hanya ingin meninggal dalam keridhaan suami yang taat dan sholeh. Akhirnya mereka menikah. Dan beberapa bulan setelah itu, halimah meninggal dunia.

Dan belakangan diketahui bahwa yang menyebabkan kebakaran adalah kakak halimah, kakeknya itu termasuk salah seorang yang tidak menyetujui pernikahan halimah dengan rizqaan. dia ingin adiknya menikah dengan pemuda kaya.
Kisah yang menyentuh bukan…

Silahkan membaca buku yang asli. Cerita singkat yang kutuliskan di sini tentu tidak menyamai dengan tulisan yang dibuat oleh penulis aslinya. Aku yakin, setelah teman-teman membacanya, tidak dapat tidak air mata akan mengalir dengan harunya.


* * *

Aku menulis ini bukanlah untuk meresensi sebuah buku, karena dalam resensi pasti akan dijabarkan kelebihan sekaligus kekurangannya. Bagiku, buku ini tidak ada kekurangan apapun. buku yang tebalnya 212 halaman ini benar-benar bagus untuk dibaca. Baik bagi yang sudah menikah maupun yang belum dan akan segera menikah.

Setelah membaca buku ini, aku tak dapat menahan tetes air mata yang sudah memaksa untuk keluar. Perasaan hatiku kalut. Banyak hal yang bersarang dibenak dan hatiku saat ini. aku ingin segera menyalurkan segala kegundahan yang kurasa. Aku ingat, ketika 15 april 2004 silam. Ketika aku selesai membaca sebuah buku-aku lupa judulnya- aku juga tak sabar menuliskan keluh hatiku pada sebuah diary yang selalu kujadikan sebagai sahabat. Dengan kata-kata yang sederhana kutuangkan segala isi hatiku saat itu juga. curhatan itu persis sama dengan apa yang kurasakan ketika aku selesai membaca Sandiwara Langit ini.. Kejadiannya sama. ketika aku membaca, hujan pun turun dengan derasnya. Mungkin ia hendak mewakili perasaanku di malam itu dan malam ini.

“di malam yang begitu hening, akhirnya selesai juga kubaca sebuah novel yang sangat menyentuh kalbuku.
Sesaat aku tersentak, aku menyadari kalau sebenarnya aku telah keluar dari jalur cinta abadi, walaupun sebenarnya rasa cinta dihatiku masih berhasil kusimpan tanpa kuberitahukan pada pemuda itu.

Ya allah .. ampunilah dosaku. Aku benar-benar salah dalam memilih jalan cerita cintaku. Seharusnya cinta hakiki kuberikan hanya kepadaMU. Tapi…. Aku tidak bisa menepis rasa ini kepadanya.

Ya Allah, aku hanya memohon. Jikalau engkau mengizinkan cintaku ini. maka pertemukanlah kami dalam mencintai karenaMU.

Aku berharap, dengan muhasabahku di malam yang diiringi rintik hujan.. Yang mampu menyejukkan jiwa dan pikiranku. Semoga aku bisa memperhatikan apa yang akan kuperbuat.

Padang panjang, 16 april 2004

Memang benar, hidayah akan dikirimkan Allah dari pintu mana saja. Dari perantaraan apa saja. Oleh karena itulah hidayah bisa saja datang dari buku yang kita baca. Jadi, mari kita terus membaca. Semoga melalui bacaan kita mendapatkan banyak pelajaran yang akan menuntun jalan kita.
Wassalam –ulfa yassirli- 2011