Rabu, 05 Oktober 2011
MENCARI KEBENARAN
Hidup adalah sebuah proses. Kata-kata itulah yang selalu mendeng
ung dalam pikiranku akhir-akhir ini. memang benar. Sekarang aku telah menemukan jawaban yang terkandung dalam kata-kata itu. hidup memang sebuah proses di mana semua kita berproses ketika memilih dan menentukan posisi kita dalam rumah kehidupan yang penuh dengan macam ragam manusia beserta pemikirannya.
Aku kembali berfikir, di antara sekian banyak manusia beserta hasil olah pemikirannya, siapakan di antara mereka yang paling benar. Semuanya seolah berkata bahwa pendapatkulah, sikapkulah yang paling benar. Terlepas dari hal yang memang sudah nyata kebenarannya secara ilmiah. Semua akan menonjolkan sikap ke-aku-annya. Aku. Aku. Aku. Maka tidaklah salah jika nilai-nilai kepercayaan itu menjadi luntur. Kejujuran sangat sulit untuk ditemui. Sehingga kebenaranpun akan sulit diungkap.
Kita lihat saja kepada segala serba-serbi yang terjadi di negara kita. Pada ranah hukum misalnya. Setiap pengacara dengan sebaik mungkin melakukan pembelaan kepada kliennya. Semua barang bukti dan saksi dikumpulkan. Tujuannya hanya satu menunjukkan serta membuktikan kebenaran.
Letak masalahnya bukan di situ. Kita semua tau, bahwa dalam setiap kasus pastilah ada tersangka dan juga korban. Sama halnya dengan pembunuh dan juga terbunuh. Kedua tokoh itu pasti ada dalam sebuah kasus. Nah, jika kedua pengacara sama-sama menunjukkan saksi dan barang bukti yang sama-sama kuat. Jadi siapakah yang benar di antara mereka?? Dari manakah kita dapat melihat kejujuran di antara mereka??
Kita lihat contoh lain yang lebih sederhana. Misalnya begini, ketika kita memberitakan sesuatu kepada seseorang, entah itu berita yang menyedihkan atau berita yang sangat mengembirakan. Mereka akan menanyai kita berkali-kali seraya mengucapkan “ benarkah? Benarkah? Bahkan tak jarang pula mereka mengucapkan “ ah, kamu pasti bohong, tidak mungkinlah” dan yang lebih parahnya lagi ada yang memaksa kita untuk bersumpah “ wallahi?” mereka memaksa kita sambil mengacunng-acungkan telunjuknya. Maka tak jarang banyak sekali orang yang dengan mudahnya mengucapkan sumpah demi memperlihatkan bahwa yang dikatakannya itu benar.
Jika sudah seperti ini, usaha kuratif apa yang dapat kita lakukan. Sudah terlalu banyak perkara yang samar-samar, tidak jelas apakah itu hitam atau putih. Apakah halal atau haram. Kebenaran memang sudah menjelma layaknya sinar lampu dengan cahayanya yang remang. Jika kita melihat sebuah objek, maka kita akan merasa ragu, karena objek yang kita lihat tak lagi jelas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar