“al imanu yazidu wa yanqush”
Keimanan seorang muslim ada saatnya naik, dan ada pula saatnya turun. Penjelasan ini sudah sangat jelas diberitakan dalam hadist nabi di atas. Tak satu pun yang dapat memungkirinya.
Saat keimanan sedang berada di puncak, semua ibadah wajib maupun Sunnah dapat dilaksanakan secara teratur dan rutin. Tak ada yang ditinggalkan. Sholat fardhu tepat waktu, Tahajud rajin, sholat dhuha, serta amalan-amalan lainnya. Karena pada saat itu, hati secara sendirinya tertuntun untuk melakukan amalan-amalan baik.
Namun, dapatkah kita mempertahankan ibadah itu ketika keadaan futur menyerang? Inilah yang selalu menjadi pertanyaan sekaligus persoalan.
Kawanku, memang tak semua orang mampu mempertahankan keimanannya untuk selalu berada pada kondisi stabil. Pada saat-saat tertentu, adakalanya kita mendapati hati kita gersang, tak ada semangat, dan tak dapat merasakan manisnya ibadah.
Berikut akan saya tuliskan tanda-tanda umum yang menunjukkan bahwa hati kita dililit kefuturan :
1. Kualitas ibadah menurun
Timbulnya kemalasan untuk melaksanakan ibadah. Ada perasaan tidak ikhlas dalam melaksanakannya. Ibadah yang semulanya dilakukan dengan ringan, sekarang menjadi sangat berat.
2. Hati tak dapat mengecap manisnya ibadah
Walau beberapa ibadah masih tetap dilaksanakan, namun hati tak dapat merasakan manisnya ibadah tersebut. Tak sedikit pun hati disentuh rasa tenang sebagai buah kenikmatan ibadah.
3. Sering menggunakan waktu kosong untuk melakukan hal-hal yang tiada berguna. senang bermalas-malasan, menunda-nunda waktu untuk melakukan suatu aktivitas.
4. Mulainya melakukan maksiat, seperti bergunjing, berprasangka buruk kepada allah.. dll.
Nah, jika kondisi seperti itu ada pada kita, apa yang musti kita lakukan? Apakah kita akan ambil langkah pasti untuk bangkit? ataukah rela membiarkan diri kita hancur dalam gelombang kefuturan itu?
ya, lagi-lagi terserah pada kita. namun, sebagai insan beriman, kita semua pasti takkan rela jika terus-terusan dilanda lemah iman.
allah adalah tempat kita bergantung, allah tempat kita mengadu segala persoalan. bukankah sudah seharusnya kita menjaga keimanan kita hingga kita dapat terus berdekatan jarak denganNYA.
Sahabatku.., MARI KITA BANGKIT. Kita perbaiki kembali hati dan jiwa kita yang mulai rusak. Mari paksa diri untuk melakukan kegiatan positif. Lawan energi negatif yang menguasai diri.
Mari kita berusaha. Jika kemalasan masih mengekangmu, kembali paksa diri lebih keras, kuatkan hati, yakinkan diri bahwa setelah ini kebahagiaan dan ketenangan akan menghampiri.
Jika saya futur, saya tak mau membiarkan diri saya berada lama dalam kondisi itu. saya akan bangkit. Saya paksa diri saya keluar rumah. Saya pikirkan tempat terbaik yang harus saya tuju. Toko buku, tepian pantai, dan majlis ilmu. Atau saya sibukkan diri saya membolak-balik buku, berselancar di dunia maya, hanya untuk mencari satu kalimat luar biasa yang mampu membuat saya bangkit menembus pembatas yang menghambat kebebasan hati dan jiwa saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar