Rabu, 14 November 2012

Dia, Anakku

Dan subuh ini, aku tak melihatnya lagi.
masih terngiang tangis yang tak mampu ia tahan. di hadapanku, di dekatku. membuat kerongkonganku ikut tersekat. ia benar menangis, meski ia lelaki. dan kupikir, ketika lelaki menangis, itu karena ia berada dalam kondisi amat terpuruk. memang, ia mungkin begitu muda untuk mengalami hal-hal yang tak sepatutnya ia alami. Sehingga ia linglung, pupus, serta hilang arah dalam melangkah. bahkan sudah beberapa kali ia coba untuk bunuh diri. miris sekali. pola pikir serta kedewasaan yang belum sempurna membuatnya benar seolah tak tertuntun.

kemarin siang, aku melihat site'nya pada sebuah situs jejaring sosial,
"kapan aku akan tobat?"
benar, ia memang telah berpikir. ia sadar. tapi bagaimana ia akan tetap waras dalam sikapnya, jika posisi mentalnya berada dalam jurang?
ia butuh disayang, butuh dibuat bangga. di sini, tetap di sini. harusnya..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar