Aku punya cerita nih. Di pondok, aku mempunyai satu orang
santri yang berbeda. Sebut saja namanya tesa. semoga saja dia ga marah kalau aku ceritain tentang masa lalunya di sini. aku cuma mau berbagi sedikit pengalaman tentang sepak terjangku dalam menghadapi anak didik ya gimanaaaa gitu. hehe. kembali ke tesa. Dia ini gemuk alias gendut. Dia juga
dekil dan bau, apakah karena malas mandi dan mencuci baju? Oh tidak, dia bahkan
rajin mandi dan mencuci. Trus kenapa? Itu semua karena keringatnya yang
berlebihan, bahkan setelah mandi pun dia tetep aja bau. Kalau aku sholat dekat
dia mah, bikin sholatku gak khusyuk karena bau tubuhnya.
Tidak hanya itu, sikap tesa juga bikin aku makan hati.
Bisa dibilang ” Ga banget deh”. Pertama, dia itu tidak percaya diri dengan
tubuhnya. Kedua, dia itu super sensitif.
Dikit-dikit tersinggung. Dikit-dikit merajuk. Kalau udah ngambek/merajuk, untuk
membujuknya saja minta ampun susahnya. Dibaik-baikin ga bisa, apalagi kalau
dibentak, bisa nangis darah dia. jangan harap deh ngajak dia ngomong. Ga bakal
didengerin. Termasuk ustadzahnya sendiri. Kalau ada program pondok yang mau
dilaksanakan, seperti tadarus dan lainnya, sedangkan dia lagi asyiknya ngambek,
ia akan lari keluar membolos. Dijemput pun gak bakalan mau, pokoknya susah amat
tuh anak. Mulanya, aku dan si kakak (teman sesama musyrifah) sedikit kewalahan
menghadapi tesa. Jadi, kalau tesa ngambek aku dan si kakak ga bakal deh ngarep
minta dia cerita tentang apa yang terjadi. Kubiarkan saja dia dulu.
Ketiga, nah ini nih sikap tesa yang membuatku tak habis
pikir. Tesa kan demen sekali menyendiri,
trus kalau udah gitu dia sontak ketawa sendiri, dan habis ketawa dia
nangis-nangis gitu. Ya ampun, kenapa ya anak itu? makanya sering temennya
bilang kalau dia gila.kalau aku sih gak pernah menganggapnya gila. Mungkin itu
salah satu caranya untuk menghibur dirinya sendiri. Maybe.
Aku dan si kakak ,mulanya, mungkin terkesan tidak peduli,
tapi sebenernya ga gitu juga, bahkan kami sering mendiskusikan gimana cara
menghadapi tesa. Tapi malah yang ada kami mengalami jalan buntu. Suatu ketika,
aku merasa benar-benar tak tahan dengan sikap tesa. Naluriku sebagai pendidik
kembali muncul. “ Kalau aku terus-terusan membiarkan tesa, dan selalu
menganggapnya sebagai bad santri yang musti dienyahkan, maka itu berarti aku
telah menyalahi tanggung jawab serta profesiku sebagai pendidik. Dan itu
berarti juga bahwa aku telah gagal karena membiarkan tesa berkepribadian buruk
hingga dewasa. Bukankah tujuanku selama ini mendidik? Bukankah dia masih remaja
dan belum dewasa? Bukankah wajar jika pribadinya belum matang?”
Pada saat itu juga, kudekati tesa yang sedang menyendiri
di beranda asrama. Pertama, kuajak dia bercerita mengenai dirinya. Kuposisikan
diriku menjadi pendengar yang baik. Tesa pun bercerita.
“ Dari SD tesa emang ga punya teman zah, teman-teman
selalu menjauhi tesa, entah mengapa mereka tidak mau berteman. Tesa kira ketika
masuk pondok teman-teman disini baik, tapi rupanya sama saja. mereka menjauhi
tesa. Mungkin karena tesa gemuk zah.” Tesa sampai nangis menceritakan kesedihannya
kepadaku.
Baik, cara kedua, ketika tesa selesai bercerita, Kuajak dia
menyelami serta mengenali dirinya sendiri, dengan sangat lembut aku berkata
padanya, “ begini tesa, sebaiknya tesa tidak perlu minder, banyak kok orang
diluaran sana yang tubuhnya gemuk tapi sukses dengan gemilang, banyak kok orang
yang tidak lengkap anggota tubuhnya menjadi sukses secara tak terduga, mereka
banyak teman lagi dan disenangi banyak orang. Nah, tesa pun juga bisa, coba deh
sesekali tesa intropeksi diri, apa sih yang salah dengan diri saya? Kenapa
teman-teman menjauhi saya? Saya kurang apa ya? Apa ya yang mesti saya perbaiki
dengan diri saya ini?” tesa masih belum bisa menerima apa yang aku ucapkan.
Terbukti dengan dia mengatakan.
“ tesa udah melakukan itu zah, tapi tetap aja
salah di mata mereka, termasuk ustadzah, ustadzah tidak perhatian sama tesa,
ndak peduli sama sekali.” Oh rupanya anak ini butuh sekali perhatian. Baiklah,
saya akan perhatian padanya setelah ini.
Setelah itu, saya meminta tesa untuk
berdoa pada Tuhan agar Tuhan
mengembalikan hati teman-temannya pada tesa. Bukankah Tuhan maha
membolak-balikkan hati manusia? Saya bilang, “ nanti kalau tahajud malam, tesa
jangan lupa berdoa ya, berdoa yang khyusuk.” Tesa
bersemangat, ketika dia akan tidur, tesa mengingatkanku agar aku nanti malam
membangunkannya sholat malam.
Esoknya, aku
kembali memanggil tesa ke kamarku (kan ceritanya musti perhatian nih!). Kali
ini aku akan mengingatkannya mengenai kebersihan. Kalau yang ini sedikit berat
mengatakannya. Takut salah kata. Takut dia ngambek lagi. Tapi demi dia ke
depan, aku merasa harus tetap mengatakan.
“ Begini tesa, pernah tidak tesa merasa kalau mukenah
atau baju tesa udah bau?” dia menggeleng. Mungkin dia malu.
“Ustadzah rasa karena keringat tesa berlebihan, mau tidak
minum obat semacam daun siri gitu?” dia diam lalu sejenak berkata,
“ Tesa mau pakai
parfum tapi tidak dibolehkan di sini” Waduh, ga nyambung dia. Yah, mungkin dia
tidak mau makan obat juga kali ya.
“ Ya sebenarnya boleh-boleh aja sih tesa pakai parfum,
tapi pilih parfum yang ga wangi. Maksdunya parfum yang beraroma seger. Kan ada
tuh. Ustadzah punya yang kayak gitu. Tapi yang lebih penting lagi, tesa harus
gimana cara membersihkan diri, rajin mandi, rajin mencuci. Cucinya mesti
bersih, jangan dikucek dikit aja. oke. Nah kalau udah begitu, coba lihat
keajaiban apa yang akan terjadi pada tesa” Aku berusaha meyakinkan tesa dengan mimik yang seruis.
Esoknya, aku sedikit
terkejut dengan sikap tesa. Dia jadi sering mengembangkan senyum padaku. Ada
apa gerangan? Sekali-kali dia dongakkan wajahnya di pintu kamarku untuk sekedar
melempar senyum sekaligus menyapaku. “kok jadi berubah dia ya? Padahal biasanya suka manyun,
cemberut melulu. Nah, tau tidak apa kelanjutannya?
Aku sangat amat kaget, karena esoknya Si tesa tiba-tiba menyalamiku
sekaligus mencium tanganku seraya mengatakan, “ terima kasih ustadzah, tips
yang ustadzah kasih itu sukses.”
“Selamat deh tes” sambil senyum, kuacungkan jempol pada
tesa.** subulussalam, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar