Hmm. Enam bulan pun berlalu. Dalam jangka waktu yang cukup singkat tersebut, sudah dua pondok pula
yang aku kelanai. Rasanya nikmat sekali. Banyak pengalaman yang kudapatkan.
Mulai dari serba serbi suasana pondok, rekan kerja, dan yang lebih utama dari
itu adalah keindahan menikmati tabiat para santri yang mempunyai ragam warna.
Dulu, pikiran awamku mengatakan bahwa setiap pondok sama saja. tapi ternyata
tak sepenuhnya benar. banyak kutemui perbedaan karakter masing-masing pondok. Bahkan
tujuan/ output yang diinginkan tiap-tiap pondok itupun berbeda. Ya, hal itu terang saja benar. Salah satu
penyebabnya adalah tipe pepimpin, beda pemimpin akan beda pula cara dia memimpin
dan tentunya akan berbeda pula hasil yang dia pimpin.
Tapi di sini, aku tidak sedang ingin menceritakan
karakter pondok yang sudah pernah aku jejaki. Karena bukan kapasitasku untuk
membicarakannya. Saat ini, Ada suatu perasaan yang ingin aku utarakan dalam
pondok series kali ini. hmm, mungkin lebih ke curhat kali ya. Saat ini, aku
merasa ada satu kepuasan yang merasuki hati. Sebuah kepuasan ketika seabrek
teori yang banyak dipelajari di bangku
sekolah hingga kuliah dapat dijalankan secara nyata di lapangan. Dulu
teori-teori itu terasa menerawang serta mengambang saja dalam pikiran, tidak
tergambar dengan jelas, karena memang aku sendiri belum berada dalam kondisi
tersebut. Ya, hasilnya cuma mandek di teori saja.
Lebih jelasnya begini. Dulu aku belajar bagaimana karakteristik/tipe
anak didik seusia 12-13 tahun. Buku-buku serta para dosen, secara rinci menerangkan
tabiat-tabiat serta tahap perkembangan yang sedang dialami mereka plus
bagaimana seharusnya melakukan penanganan terhadap dominansi sikap yang tengah
mereka alami pada saat itu. tambah lagi, pengaruh latarbelakang keluarga serta
lingkungan juga turut andil dalam menentukan kepribadian mereka(bicara teori).
Yah, seharusnya fakta di atas sudah bisa sedikit tergambar
jika aku mencoba menyelami kembali kehidupanku di masa remaja dulu. Tapi, untuk
menggambarkan, merasakan serta menghayati suatu kondisi dimana aku yang sebagai
guru menghadapi remaja seusia mereka tentu sangatlah sulit. Ya, karena itu
tadi. Karena aku belum menjadi seorang guru yang berhadapan langsung dengan
anak didik.
Ilmu (teori) memang penting. Tapi sebenarnya, ketika kita
berada di suatu lapangan sebutlah itu sekolah umum ataupun pondok pesantren,
segala teori itu tidak akan mampu secara utuh menjembatani kita menuju proses
kerja nyata dengan mudah. Dalam buku tertentu misalnya seorang pakar
mengakatan, jika kita ingin sukses menghadapi anak didik usia 12-13 tahun, kita
harus rela mencoba untuk ikut masuk ke dalam dunia mereka. Apa yang sedang
hangat mereka bicarakan pada saat itu, ya kita ikuti alur itu dulu sebelum
mereka kita giring menuju jalan yang kita inginkan. Tapi, sesungguhnya hal
tersebut tidak semudah seperti apa yang dibicarakan teori. Tidak mungkin
semuanya dapat berjalan lancar seperti membalikkan telapak tangan. Lagi-lagi
semuanya butuh proses dan kreativitas yang tinggi. Dan aku sudah berkali-kali
mencoba menerapkan sekaligus mengamatinya hasilnya.
Profesi guru memang luar biasa. Hanya lewat pertemuan
dalam kelas, kita diberi kesempatan mengamati serta melakukan riset dalam
berbagai hal. Contohnya, kita bisa melakukan penelitian kecil-kecilan terhadap
media belajar yang kita pakai, mampu tidak serba serbi media tersebut
melejitkan semangat belajar siswa? Mampu tidak meng-cover assesment modality
siswa?. Tidak hanya itu, Kita juga bisa melakukan penelitian kecil dibidang
psikologi. Kalau si siswa berkepribadian introvert(sebagian sifat yang dimiliki
si melankolis) bagaimana sih cara kita menghadapinya? Kalau mereka koleris
bagaimana? Nah kita pakai tuh ilmu yang sudah kita pelajari selama kuliah
dengan memakai prinsip coba-coba plus menyusupkan berbagai kreativitas yang
kita miliki. Nah jika yang kamu lakukan not working, do
something different. Atau kalau semisalnya kita gagal, coba lagi cara
lain. Hingga kemudian kita menemukan cara/formula yang paling ampuh. Mudah kan? Coba deh, dijamin
seru dan bikin puas.**subulussalam, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar