Rabu, 13 Februari 2013

Pondok Series- Before 7


Hmm. Enam bulan pun berlalu. Dalam jangka waktu yang cukup singkat tersebut, sudah dua pondok pula yang aku kelanai. Rasanya nikmat sekali. Banyak pengalaman yang kudapatkan. Mulai dari serba serbi suasana pondok, rekan kerja, dan yang lebih utama dari itu adalah keindahan menikmati tabiat para santri yang mempunyai ragam warna. Dulu, pikiran awamku mengatakan bahwa setiap pondok sama saja. tapi ternyata tak sepenuhnya benar. banyak kutemui perbedaan karakter masing-masing pondok. Bahkan tujuan/ output yang diinginkan tiap-tiap pondok itupun berbeda. Ya, hal itu terang saja benar. Salah satu penyebabnya adalah tipe pepimpin, beda pemimpin akan beda pula cara dia memimpin dan tentunya akan berbeda pula hasil yang dia pimpin.

Tapi di sini, aku tidak sedang ingin menceritakan karakter pondok yang sudah pernah aku jejaki. Karena bukan kapasitasku untuk membicarakannya. Saat ini, Ada suatu perasaan yang ingin aku utarakan dalam pondok series kali ini. hmm, mungkin lebih ke curhat kali ya. Saat ini, aku merasa ada satu kepuasan yang merasuki hati. Sebuah kepuasan ketika seabrek teori  yang banyak dipelajari di bangku sekolah hingga kuliah dapat dijalankan secara nyata di lapangan. Dulu teori-teori itu terasa menerawang serta mengambang saja dalam pikiran, tidak tergambar dengan jelas, karena memang aku sendiri belum berada dalam kondisi tersebut. Ya, hasilnya cuma mandek di teori saja.

Lebih jelasnya begini. Dulu aku belajar bagaimana karakteristik/tipe anak didik seusia 12-13 tahun. Buku-buku serta para dosen, secara rinci menerangkan tabiat-tabiat serta tahap perkembangan yang sedang dialami mereka plus bagaimana seharusnya melakukan penanganan terhadap dominansi sikap yang tengah mereka alami pada saat itu. tambah lagi, pengaruh latarbelakang keluarga serta lingkungan juga turut andil dalam menentukan kepribadian mereka(bicara teori). 

Yah, seharusnya fakta di atas sudah bisa sedikit tergambar jika aku mencoba menyelami kembali kehidupanku di masa remaja dulu. Tapi, untuk menggambarkan, merasakan serta menghayati suatu kondisi dimana aku yang sebagai guru menghadapi remaja seusia mereka tentu sangatlah sulit. Ya, karena itu tadi. Karena aku belum menjadi seorang guru yang berhadapan langsung dengan anak didik.

Ilmu (teori) memang penting. Tapi sebenarnya, ketika kita berada di suatu lapangan sebutlah itu sekolah umum ataupun pondok pesantren, segala teori itu tidak akan mampu secara utuh menjembatani kita menuju proses kerja nyata dengan mudah. Dalam buku tertentu misalnya seorang pakar mengakatan, jika kita ingin sukses menghadapi anak didik usia 12-13 tahun, kita harus rela mencoba untuk ikut masuk ke dalam dunia mereka. Apa yang sedang hangat mereka bicarakan pada saat itu, ya kita ikuti alur itu dulu sebelum mereka kita giring menuju jalan yang kita inginkan. Tapi, sesungguhnya hal tersebut tidak semudah seperti apa yang dibicarakan teori. Tidak mungkin semuanya dapat berjalan lancar seperti membalikkan telapak tangan. Lagi-lagi semuanya butuh proses dan kreativitas yang tinggi. Dan aku sudah berkali-kali mencoba menerapkan sekaligus mengamatinya hasilnya.

Profesi guru memang luar biasa. Hanya lewat pertemuan dalam kelas, kita diberi kesempatan mengamati serta melakukan riset dalam berbagai hal. Contohnya, kita bisa melakukan penelitian kecil-kecilan terhadap media belajar yang kita pakai, mampu tidak serba serbi media tersebut melejitkan semangat belajar siswa? Mampu tidak meng-cover assesment modality siswa?. Tidak hanya itu, Kita juga bisa melakukan penelitian kecil dibidang psikologi. Kalau si siswa berkepribadian introvert(sebagian sifat yang dimiliki si melankolis) bagaimana sih cara kita menghadapinya? Kalau mereka koleris bagaimana? Nah kita pakai tuh ilmu yang sudah kita pelajari selama kuliah dengan memakai prinsip coba-coba plus menyusupkan berbagai kreativitas yang kita miliki. Nah  jika yang kamu lakukan not working, do something different. Atau kalau semisalnya kita gagal, coba lagi cara lain. Hingga kemudian kita menemukan cara/formula  yang paling ampuh. Mudah kan? Coba deh, dijamin seru dan bikin puas.**subulussalam, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar