Mestinya yang dipupuk Itu sikap belajar . Bagaimana mereka bisa mencintai ilmu dan sadar betapa pentingnya ilmu untuk masa depan. Jika yang menjadi fokus adalah hasil akhir, maka setiap hari mikirnya gimana nilai anak bisa bagus. Gimana angka angka di rapor mereka sesuai kkm bahkan lebih. Kalau masih rendah, mesti putar otak lagi buat ganti metode dan pendekatannya. Harus lebih keras lagi ngepush mereka supaya selalu mikirin pelajaran. Kalau sudah begini pasti nguras tenaga banget ya, sometime akan capek sendiri dan kecewa sendiri. Belum lagi tekanan wali murid dan tuntutan sekolah terkait ketuntasan. Hmm, Anak jadi stress, kita pun capek. Lah memang segitu kemampuannya mau diapakan lagi? Seolah kita ini dibutakan oleh angka-angka yang tertulis di secarik kertas raport itu. Padahal mereka punya segudang kecerdasan lho yang mungkin belum kita sadari karena sibuknya kita mengurus nilai/angka yang menjadi prestise sekaligus validasi bahwa kita guru yang hebat.
Serius salut dan angkat jempol sama guru-guru yang dikelasnya selalu berfokus pada karakter. Sikap dan adab ànàk selalu dipantau dan ditangani dengan teknik-teknik yang cerdas. Kalau sikap dan adab baik, maka selebihnya itu "kaji menurun" atau bisa diraih dengan mudah dan lancar.
Sedikit cerita, di suatu kelas, di awal tengah dan diakhir belajar tak henti guru kelasnya mengingatkan untuk selalu jaga adab. Jaga adabnya ya nak, jaga adabnya. Teknik repetisi ini perlu dijadikan contoh. Rasanya seruan ini lebih enak didengar daripada kalimat peringatan untuk mengulang pelajaran, jangan lupa membuat PR, dan ucapan semacamnya.
Ini bukan berarti mengenyampingkan teori-teori pelajaran. Tapi memang pendidikan karakter tidak bisa dinomorduakan. Wallahu a'lam
*Catatan guru, Padang 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar