“ Pernahkah kau merasa bahwa kehidupan ini tak lebih hanya kesedihan saja, fa?”
Itulah pertanyaan yang pernah kau lontarkan secara tiba-tiba padaku. Ketika itu kau bersembunyi di balik selimut birumu. aku tau, Kau tengah berusaha menyembunyikan tangismu.
“ pernah” itulah jawabanku. sangat lugas dan singkat. Aku tau tangismu kian menjadi. Kudengar deru nafasmu yang mencoba menahan suara tangis.
" ada apa teman"? sejatinya aku sangat heran,kesedihan apakah yang telah meruntuhkan pertahananmu.
" sesuatu telah terjadi padaku...dan bla.. bla... bla,,," kau membuka selimutmu, kemudian beralih menatapku.
"ibuku tiada, ayahku tiada,dan sekarang kekasihku pun pergi tanpa sebaris kata"
" baiklah, aku ingin bertanya kepadamu. kesedihan apakah yang paling terakhir mendatangimu, temanku?" aku pura-pura bertanya.
" kesedihan karena kekasihku yang tiba-tiba pergi menjauhiku, dia menjahatiku, dia.. dia... dia..." kudengarkan segala keluh kesahmu. aku tau peristiwa ini adalah yang pertama bagimu.
kutatap matamu yang merah, kuusap air mata yang masih terus beraliran di pipi putihmu, lalu aku pun berkata, " bertahanlah... ibumu pergi, ayahmu pergi,namun tak pernah kusaksikan kau menangis sesedih ini.kau selalu berusaha tegar,kau selalu percaya Tuhan akan terus menguatkanmu. lantas, mengapa sang kekasih yang telah mengkhianatimu mampu membuatmu jatuh melemah???
kau pun terdiam. kau alihkan wajahmu ke arah lain. kau mungkin merasa malu dan menyesal. tapi, percayalah teman. aku yakin kau akan mampu melewatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar