Di keheningan malam, aku merasakan kehadiran cinta yang membahana. Relung hatiku dipenuhi cahaya merah jambu yang membuatnya merona. Aku jatuh cinta lagi, untuk yang kesekian kali, padanya.
Aku tanpa sadar terhanyut dalam lamunan di kesendirian, yang kemudian memutar memoriku menapaki jejak masa lampau sesaat setelah aku mengenalnya.
Suatu ketika, dia bercerita padaku tentang perempuan yang berjalan menembus hujan tanpa beban. Tiada yang menghijab tubuhnya dari air yang terus turun dari langit. Dia membiarkan semuanya basah, kecuali ransel yang didekap erat yang disembunyikan di dalam jilbab hitam panjang menjuntai. Dia yang kala itu-katanya- tengah duduk di beranda mesjid kampus hanya bisa terpaku dari jauh menyaksikan perempuan itu, yang begitu gembiranya menikmati derasnya hujan, sementara yang lain sudah menepi di tempat yang teduh.
MasyaAllah, mungkin ini hanyalah cerita biasa. Namun bagiku tidak. Sehingga aku harus menuliskannya di buku catatan sebagai peristiwa yang istimewa.
Aku tak pernah bertanya apa yang ada di benaknya ketika itu. Namun hatiku berbisik, bahwa "perempuan dan hujan" adalah sinyal awal yang menjadi penanda bahwa di kehidupan yang sekarang kami akan melangkah bersama, berpegangan erat menapaki masa depan.
Atau sebenarnya dia memang terpesona padaku saat itu. Sehingga pikiran dan hatinya membawanya datang menuju hidupku. Ah! Tentang ini aku tau dia takkan mau mengaku.
Seusai bercerita kujelaskan padanya bahwa aku sangat menyukai hujan. Hujan adalah rumah bagiku. Itulah mengapa saat hujan turun aku merasa pulang ke tempat ternyaman yang membuatku bisa mengekspresikan apa saja yang kumau.
Hm, tulisan ini bukan tentang aku dan hujan. Tapi ungkapan rasa yang membuat cintaku jatuh melayang berulang kali padanya.
Lantas mengapa dia?
Katanya, itu karena doaku yang sangat kuat menjadi magnet yang hebat sehingga menariknya mendekat.
Ih! Tinggi sekali rasa pe-de nya. Aku selalu kesal lalu mencubitnya hingga kesakitan setiap mendengar ini. Dan dia akan tertawa terpingkal melihat bibirku yang mulai manyun.
Mengapa aku? Mengapa hanya aku?
Apakah dia tidak menginginkanku?
Ya, meskipun aku sadar ini muncul dari jiwa kekanakanku saja. Sesungguhnya aku tau, tidaklah seseorang melangkah setapak pun melainkan didahului oleh niat, keinginan dan pengharapan untuk mencapai tujuan.
Ini sudah bisa jadi bukti bahwa dia sudah tertarik padaku sejak itu.
Aku bersyukur, bahtera ini masih kokoh berlayar. Meskipun banyak badai yang mengguncang. Namun semua dapat dilalui.
Kami bersama bukan karena kami sama. Bersama dalam perbedaan membuat kebersamaan ini jauh lebih indah.
Aku selalu bilang, dia itu sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Dan itu membuatnya lengkap di mataku.
Kehadiranku juga membawa warna baru di hidupnya.
Kami banyak bertoleransi dalam rasa, dalam kebiasaan dan prinsip yang sudah mengakar di dalam diri masing-masing. Tapi bahtera ini bukan miliknya dan bukan pula milikku. Ini tentang kita. Bagaimanapun keadaannya, kita harus mampu menemukan titik tengah untuk mencapai keseimbangan walau diwarnai oleh banyak pengorbanan. Ya itulah kita. Dan memang begitulah seharusnya.
Hei kamu. Ya, kamu.
Aku jatuh cinta lagi nih, lagi, dan lagi. Seperti katamu, "aku punya rasa yang 100℅ sama seperti di awal kisah ini bermula".
Teruntukmu dan kita. Aku punya puisi. Puisi yang kutulis jauh sebelum aku mengenalmu. Puisi ini sudah lama mengendap di diaryku dan di laman blog yang sudah lama tak kusentuh. Dibaca ya, semoga makin cinta.
"Azzamku Azzammu"
sekarang aku telah boleh memasuki relung dadamu
mendayung sampan di atas aliran darahmu yang merah
biarkan aku mencapai ruangan terdalam di hatimu
menghiasinya, lalu aku tidur di dalamnya
jangan sekali-kali kau biarkan orang lain
menyelinap melewati celah-celah rahasia kita
karena kau telah berjanji padaku, robbku, dan orang tuaku
dan malaikat pun telah mencatatnya pada lembaran langit
mari kita bangun istana megah pada halaman jiwa kita
istana yang kuat lagi kokoh
tiang-tiangnya harus melebihi kekuatan baja
itulah ketaqwaan
jika aku lemah, kuatkan aku dengan kata-kata lembutmu
ingatkan aku melalui keindahan firmanNYA
lalu dekaplah aku karena kecintaanMU pada Tuhanmu
terima kasih, karena kau hadir menumbuhkan pohon-pohon iman
di hatiku
kamar sunyi, 2011
Nampaknya cayaha nan lusa dipuncak, kini mendekat bahkan sudah Tiba 🤗💫
BalasHapus