Betapa menyebalkannya keberadaan "individu superior" dalam suatu kelompok atau populasi. Kata-kata dan perilakunya yang sugestif mampu menarik individu- individu awam yang kurang teredukasi, masuk ke dalam lingkaran pemikirannya.
Yang sebenarnya pun, si superior ini juga fakir ilmu. Namun unggul dalam vokal. Sehingga di mana pun suaranya dapat didengar.
Bagi yang faham, individu seperti ini bisa ditakar kualitasnya. Dan takkan menjadikan mereka ini hambatan untuk terus maju melakukan hal positif, apapun itu. Namun tak bisa dipungkiri, keberadaan mereka-mereka ini pada akhirnya bisa juga mengusik kenyamanan. Bagai benalu di pohon mangga. Jika dibiarkan, maka akan merusak kesuburan pohon tersebut.
Si superior yang di hatinya sudah ada benih hasad, sombong, riya dan lain sebagainya akan menjadi pengganggu yang patut diwaspadai. Karena mereka lihai dalam berkamuflase dan gemar melakukan "playing victim" dalam banyak hal.
Lihat bagaimana cara mereka bermain dalam suatu kasus, "Suatu ketika "si superior" merasa tak lagi dilirik karena kemunculan individu baru yang lebih unggul dan berkualitas dalam suatu pekerjaan. Pimpinan pun menyukai si individu baru. Si superior tentu tak Terima. Dan dengan segala cara dia mencari kelemahan orang yang "dianggapnya" saingan itu. Bahkan jika dia tak menemui kelemahan di sisi manapun, fitnah-fitnah pun akan dimunculkan. Kemudian dia akan datang menemui pimpinan. Dengan mengajak beberapa orang lain yang sudah dia cuci otaknya dengan membingkai tujuan busuk tadi dengan cover yang bagus. Mengajak beberapa follower ini adalah suatu yang penting baginya untuk suatu penyamaran. Cakep!
Kemudian diajukanlah kelemahan-kelemahan orang tersebut di hadapan pimpinan. Apakah itu fakta atau rekayasa tidaklah penting. Yang penting menciptakan dan menyuarakan "imej buruk" Yang memungkinkan berubahnya kebijakan dan individu baru tadi pun disingkirkan. Begitulah pola-pola permainan yang seringkali dapat disaksikan dari para superior tipe ini. * wallahu a'lam