Jumat, 15 Juli 2022

Kenangan Berharga

Kodrat masa lalu adalah menjadi sejarah untuk hari ini. Masa lalu yang kurang baik menjadi pelajaran agar tidak terulang di masa mendatang. Sedangkan masa lalu yang indah tersimpan rapi dalam memori, menjadi kenangan manis yang akan selalu dirindukan.
Potret kehidupan desa dan masa kecil adalah bahagian penggalan hidup yang tak pernah bisa pudar diingatan. Apalagi ketika tak sengaja melihat gambaran desa dalam sebuah bingkai foto, maka kenangan itu akan semakin jelas dan kerinduan akan semakin menggebu seolah ingin terbang ke masa itu untuk hadir mengulang peristiwa demi peristiwa yang ada.
Suasana desa yang damai dan asri, orang-orangnya yang ramah, anak kecil yang bermain kelereng di samping rumah, serta keberadaan anggota keluarga yang lengkap mewarnai keceriaan di masa itu.
Ah! Sungguh aku telah dibuatnya rindu.
Terkenang manisny masa itu. Saat dimana aku dan amak (a.k.a nenek) berangkat ke kebun menjelang subuh. Kebun yang kami sebut "tabarangka". Kebun yang cukup jauh dari rumah, terletak di dekat hutan dan bebukitan. Tapi kami bisa mengandalkan dua kaki ini untuk bisa sampai ke sana. Melewati sawah, dengan medan yang menurun dan juga mendaki. Melewati beberapa kali jembatan yang besarnya cuma sejengkal, terdiri dari beberapa ranting kayu yang kemudian disusun rapat agar bisa menjadi pijakan. Saat cuaca baik, maka perjalanan terasa mudah. Namun jika musim penghujan datang, maka semakin banyak tantangan dalam perjalanan. Jalanan berlumpur dan licin, serta banyaknya pacet yang bisa saja menempel di kaki, siap menghisapi darah dari pembuluh.
Ada banyak tujuan kami datang ke kebun, salah satunya mengumpulkan buah asam kandis. Biasanya asam kandis yang masak akan berjatuhan di sekitaran batang. Dan itulah yang akan kami kumpulkan untuk diolah oleh amak agar bisa dijual ke pasar dan untuk dikonsumsi sendiri di rumah. 
Saat siang datang, kami pun duduk santai di dangau sambil mencicipi bekal yang ditungkus daun pisang. Atau menikmati Ubi kayu yang dibakar di perapian yang selalu dijaga untuk tetap hidup. Kata amak, asap perapian penting untuk terus hidup agar tanaman merasakan kasih sayang pemiliknya. Biasanya saat berjalan pulang, kami memetik tanaman pakis untuk digulai. Aku ingat betul, dari perjalanan rumah-kebun inilah aku bisa membedakan mana pakis yang bisa dimasak dan mana yang tidak. Amaklah yang memberiku pelajaran.
Sungguh! Amak adalah orang yang paling aku cinta dan sayangi di kehidupan ini. Karena hari- hariku dulu semasa kecil sering bersama beliau. Keperluan hidupku amak yang urus. Sampai tidur pun dengan beliau, dan sering sebelum tidur aku mendengarkan cerita hikayat masa lampau dari amak. Amak yang memandikan, amak yang menyisir rambut, amak pula yang menjalin dan mengikat rambutku dengan beragam mode. Hal lain tentang amak yang masih sangat melekat di ingatanku adalah rajinnya amak. Tiada hari tanpa beberes, menanam, menyabut rumput dan lainnya. Sehingga kala itu sekeliling rumah kami penuh dengan tanaman. Mulai dari kunyit, serai, lengkuas, merica, cabe rawit,  buah nanas dan lainnya. Amak juga sangat penyayang pada tumbuhan dan juga binatang.  Senantiasa ingin melindungi. Kucing, ikan, ayam yang menjadi peliharaannya dijaga dengan baik.
Pernah dahulu, amak mendapat kabar bahwa pohon durian kami di kebun dibakar orang. Amak langsung mengajakku ke kebun, di sana naik turun amak mengambil air dengan ember untuk menyirami bara api yang masih tersisa di pangkal batang durian itu. Beliau melakukannya sambil menangis. Karena pohon durian itu adalah pohon durian terbaik yang kami punya. Buahnya kuning, tebal, dan enak. Tapi ya sudahlah kata amak. Allah maha tau.
Ah! Begitulah kenangan. Semakin ditulis semakin terkenang dan membuat air mata ini tumpah ruah.
Aku, amak, pedesaan, dan kebun kami. Sekarang amak sudah tiada. Tepatnya 2013 silam. Bersyukur aku bisa merawat amak hingga saat terakhir hidupnya. Minggu, jam lima sore, amak berpulang di depan mataku. Kusaksikan semua prosesnya. Kutalqinkan kalimah di telinganya. Hingga mata itu tertutup untuk selamanya.
Upa sayang amak. Semoga lapang kubur amak. Tunggu upa ya mak. Berkumpul nanti kita di jannah-Nya.

Kontemplasi jumat

Kadang untuk kembali menata hati, kita perlu menyingkir sejenak dari 'toxic circle" yang membuat fungsi batiniah terusik.
Mungkin tepatnya mengalihkan fokus.  Menciptakan isu baru di alam bawah sadar sehingga centre of mind kita berpindah ke lain hal.
Tak perlu menunggu hingga " jenuh". Karena tentang kejenuhan rasa, tak ada tolak ukurnya. Tak dapat dinalar kapan akan terjadi.
Hanya butuh sebuah kesadaran bahwa  dirimu "mulai" tidak nyaman.
Ibaratkan ada penyusup di "di planetmu". Mereka membuang sampah-sampah beracun yang membuat nafasmu sesak. Tentu kamu tak menunggu sekarat untuk bertindak, kamu tau bahwa sekarang juga kamu harus berpetualang mencari udara baru. Mengumpulkan kekuatan untuk menggempur si penyusup dan mengusirnya keluar dari planetmu.

Bicara petualangan. Tak melulu sifatnya jasadiah. Namun pengelanaan pikiran dan jiwa. Cukup mengubah titik pandang, dan kamu akan "keluar". Banyak cara untuk beralih pandang. Mari bertanya "ke dalam", diri kita lebih tau. Karena sepanjang hidup, kita sudah banyak menyentuh sisi-sisi spiritual yang hanya dimengerti oleh diri kita sendiri. Itu adalah kartu as yang menyembuhkan. Jangan pernah mengabaikan sisi spiritualitas. Karena sesungguhnya itu adalah 'jalan pulang' yang benar.

Begitulah cara mengobati diri. Bergerak, berpindah, dan terus berikhtiar. "Hijrah".
Tetap meringkuk dan menikmati buruknya keadaan bukanlah pilihan yang bijak. Hanya membiarkan waktu mengobati, sampai kapan?
Waktu tidak akan mampu mengobati, waktu hanya membantu untuk "lupa sejenak" Padahal luka dan kepedihan akan semakin dalam. 

Untuk bertransformasi, butuh metamorfosis. Butuh usaha dan proses. Butuh merelakan yang hilang agar menjadi lebih indah. Tak perlu menjelaskan diri kita ke siapapun. Mari sama-sama belajar menyimpan. Yang memahami kita akan tau dan akan menghargai setiap proses yang kita jalani.
Pergilah, lalu kembalilah dengan energi yang terisi penuh. Hidup akan selalu dipenuhi liku dan ranjau, mental yang loyo tentu akan tumbang dengan mudah. *late post, padang, 2021

#kontemplasijumat

Usia 30an

Sangat lucu sebenarnya jika di usia 30an itu masih baper-baperan dalam urusan "pertemanan".
Harusnya sudah berada di tingkat "saling memahami". Teman belum balas chat, its ok,  mungkin sibuk. Teman belum mau cerita kenapa dia menangis, tak mengapa, mungkin dia butuh waktu merenung sendiri dulu, kita tidak perlu tau juga kan semua kisah hidupnya. Karena bukanlah konsekuensi sebuah pertemanan untuk tau semua hal tentang kehidupan si teman.

Harusnya usia ini sudah melahirkan pribadi yang matang. Ya, harusnya sih. Sudah bisa meredam emosi yang berlebihan untuk lebih mengoptimalkan porsi logika. Sudah bisa sedikit mengenyampingkan ego untuk memelihara iklim damai.
Sudah bisa bersikap elegan walau berada di kondisi terburuk sekali pun. Tenang dan tidak meledak-ledak. Menarik rasa sakit dalam-dalam, lalu mengikhlaskan semua ketidaknyamanan.

***

Di usia 30an. Mari berusaha untuk tidak ikut-ikutan latah, yang bisanya cuma jadi folower dari kubu adidaya dan adikuasa.
Mestinya sudah punya prinsip. Berani kontra meskipun nantinya akan ditinggalkan, bahkan disingkirkan. Berani jalan sendiri meski semua mata memandang dengan tatapan aneh.

Punya jiwa besar itu penting. Mau menerima kesalahan. Selalu terbuka untuk kritik dan saran.
Mau menerima diri sendiri. Tidak lagi memaksa diri untuk tampil sempurna di hadapan orang. Yang kalau gagal bisa mengikis ketenangan hati. Manusia memang tak ada yang sempurna bukan. Kalau jatuh, ya tinggal bangkit lagi. Kalau salah, perbaiki lagi.
Mari belajar terus untuk menutup telinga dari nada-nada sumbang yang datang dari kanan dan kiri. Karena bisa merusak sendi-sendi kehidupan yang sudah susah payah dibangun.

***

Kalau katanya, di usia 30an ini manusia cenderung melakukan "audit kehidupan" untuk mendapatkan variasi dan kepuasan hidup.
Saat titik-titik yang mau dicapai sudah makin benderang.
Bidang karir sudah tetap atau pun belum tetap. Tapi semua sudah terencana dengan matang. Beberapa mungkin sudah berada dalam sebuah pernikahan. Ada suami atau istri, ada anak-anak.
Tentu banyak tugas yang akan diemban.
Belum lagi tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan spiritual.
Sedangkan di usia produktif ini rentang waktu bekerja kian panjang.
Butuh kemahiran dalam mengelola skala prioritas.
Terkadang pasti akan menemui masa kritis juga. Dan itu sangat wajar terjadi.
Kurangnya me time, kurangnya we time bersama pasangan dan keluarga.
Perlu usaha untuk meningkatkan kualitas pertemuan di sempitnya kebersamaan.
Ya, Begitulah kompleksnya kehidupan kepala tiga. Namun selalu ada rasa syukur kala terhanyut dalam perenungan. Tergambar jelas titik-titik revolusi diri di setiap perpindahan usia.
Ya, semoga selalu bahagia. *padang 2021

Surat Kecil Untuk Ananda

Ananda..
Umi dan abi bukanlah orang tua sempurna nak
Tapi kami akan berusaha memberikan yang terbaik
Kami memang masih belajar dan akan terus belajar
Belajar memahami perkembanganmu lalu
Memikirkan bagaimana bisa memenuhi setiap fase perkembangan itu dengan semua hak yang mesti engkau dapatkan
Agar engkau bertumbuh dengan baik dengan mentalitas yang matang
Mungkin sewaktu-waktu kami alpa,  tapi percayalah nak, setiap kali kami alpa setiap itu pula kami akan bersegera  berbenah agar kembali bisa memenuhi semua tanggung jawab kami padamu

Ananda..
Suatu waktu mungkin kami akan terlihat tegas dan keras
Jangan sedih ya nak, jangan pula engkau marah atau dongkol di dalam hati
Kami hanya ingin engkau lekas mandiri
Kami ingin engkau bertanggung jawab
Kami ingin menunjukkan padamu mana yang baik dan mana yang buruk
Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
Mana yang hitam dan mana yang putih
Kami tidak ingin engkau menjadi abu-abu nak. Karena di ujung kehidupan pun cuma tersedia dua pilihan surga dan neraka
Kelak engkau akan tau

Tahukah engkau sayang
Anandaku..
Engkau hidup di zaman yang serba mudah, semuanya ada, segalanya tersedia
Dengan beragam hiruk pikuk, camput baur yang mungkin tak bisa dibedakan lagi baik buruknya nak
Norma-norma sudah bergeser mengikuti kehendak dan kebutuhan
Namun di balik itu semua, jiwa manusia semakin kerdil, daya juang semakin rendah, agama menjadi nomor sekian dan tak perlu diprioritaskan
Inilah tugas besar kami untukmu, nak
Kadang kami harus berputar melawan arus. Memilih jalan yang tak biasa.
Bukan untuk menyisihkanmu dengan teman-temanmu nak
Biasakanlah dirimu berbeda nak, karena kebenaran di zaman ini akan berbeda dan asing
Umi tidak ingin engkau terlalu cepat memasuki arus, umi cemas jika engkau belum kuat, engkau cepat terhanyut


Ya, betapa tugas ini berat nak
Terkadang umi dan abi harus menerima cemoohan dari orang tua lain yang belum mengerti bahwa pola didikan masing-masih keluarga berbeda dan tidak harus sama
Seringkali, kami harus bersabar saat engkau diejek nakal
Kami harus sabar nak saat engkau diejek sebagai pengganggu
Kami harus berjiwa besar nak menerima segala macam pengaduan atas segala keaktifan dan kecerdasanmu
Kami tau engkau balita, kami tau bagaimana kehidupan balita, kami mengerti tak seharusnya mereka memberimu label-label buruk itu
Hanya kami yang memahamimu nak, kami akan terus berusaha membesarkan hatimu, menanamkan nilai-nilai yang baik padamu walaupun saat ini engkau belum mengerti
Engkau adalah ananda kami yang baik dan pintar, yang sholeh dan sholehah.
Kami percaya kekuatan dari sugesti kata-kata
Kami yakin kata-kata akan menjadi do'a untuk kehidupan yang baik di masa kanak-kanakmu, remajamu, dewasa dan tuamu kelak.

Semoga usaha Allah mengistiqomahkan kami di medan juang ini, semoga Allah memudahkan semuanya dan mengabulkan semua doa-doa terbaik kami untukmu.

Merasakan emosi negatif

Ide-ide di kepala sedang meletup-letup bagaikan biji-biji jagung yang bermetamorfosa menjadi popcorn dalam sebuah wajan besar.
Jadi, selagi masih on dan supaya ide tersebut tak menguap sia-sia, maka ada baiknya disalin dulu ke sebuah wadah. Moga saja ada manfaatnya.

*****
Masih fokus pada tema kesehatan mental, yaitu merasakan emosi negatif.
Apa iya perlu?
Kehadiran emosi negatif di sela-sela kehidupan yang berjalan adalah hal yang manusiawi dan wajar.
Kita tak perlu menekannya atau bahkan memangkasnya saat ia datang.
Hidup ini begitu kompleks, terlalu banyak warna, dan lika-liku di sana sini.
Adalah tidak adil, jika ragam perasaan yang dianugerahi Tuhan tidak bisa disalurkan sebagaimana mestinya.
Tak hanya emosi positif, kita juga memiliki emosi negatif yang butuh untuk dirasakan.
Kita punya bahagia, dan kita juga punya rasa sedih. Kita punya rasa puas, dan kita juga punya kekecewaan. Semuanya butuh penyaluran yang tepat dengan reaksi yang terkendali.
Semuanya memiliki kontribusi yang pasti untuk menjaga kesehatan mental kita.
Hadirnya emosi negatif berfungsi sebagai penyeimbang agar tidak terjadi ketimpangan emosi dalam diri (ketidakstabilan emosi).
Tidak benar jika kita berkata kepada diri untuk tidak boleh sedih, tidak boleh kecewa, tidak boleh marah.
Jika kita terus-terusan memangkas rasa tersebut, maka kapan kita akan bisa dan cakap dalam mengelola setiap emosi negatif itu. Sedangkan kita hidup tidak bisa tidak bersinggungan dengan lingkungan, kehidupan kita mau tidak mau akan berdampak pada lingkungan sekitar, minimal keluarga. Siapa yang bisa menjamin, jika suatu waktu kita lost, dan tak mampu menghilangkan emosi negatif yang kita anggap tak perlu itu. Coba saja bayangkan apa yang bisa terjadi? Adalah sebuah bahaya besar. Karena sebenarnya yang kita anggap hilang, bukan benar-benar hilang melainkan mengendap dan terus mengendap sehingga suatu waktu menjadi bom api yang akan menghanguskan diri kita sendiri.
Nah, harusnya yang jadi pemikiran kita adalah, bagaimana kita bisa mengendalikan reaksi atas emosi tersebut agar tidak mencederai diri sendiri dan lingkungan.
لا تغضب، ولك الجنة!
Jangan marah, dan bagimu surga. Begitu tepatnya nasihat sang Nabi.
Jangan marah bukan tidak boleh marah, tapi mengubah rasa amarah menjadi energi positif yang memberikan efek baik bagi diri.
Marahlah, tapi tidak dengan reaksi tanpa kendali karena disitu pintu masuknya syaitan. Bagaimana caranya? jika kamu sedang berdiri maka duduklah, jika sedang duduk maka berbaringlah. Dan
Ini adalah seni yang tak dapat diraih melalui teori saja, melainkan dari latihan dan latihan sedari dini.
Makanya penting -pada saatnya- untuk membiarkan anak-anak menangis dan meluapkan semua emosinya.
Karena disitulah anak-anak belajar untuk mengendalikan emosi.
Bukan segera didiamkan sambil ngomong, jangan nangis ya.
Oke, mulai sekarang mari terima segala rasa sakit, kekecewaan, dan putus asa.
Terima sebagai bagaian dari diri.
Rasakan sakit dan sedihnya, kendalikan
Reaksinya dengan iman, lalu ubah menjadi sebuah kekuatan yang membuat kita semakin tegar dalam menjalani kehidupan.
Mari sama-sama berproses, karena tulisan ini tidak bertujuan menggurui. Yang menulis pun masih dalam proses belajar. Semoga sama-sama kita tercerahkan. Wallahu a'lam

Yuk Manjakan Diri

Kadangkala waktu bekerja yang panjang membuat kita lupa pada diri sendiri. Lupa bahwa ada hak diri untuk disenangkan dan dimanjakan. Menyenangkan diri bukan hanya berarti melepaskan tubuh dari beragam aktivitas yang menguras energi seperti merebah di kasur atau sejanak leyeh-leyeh sambil memainkan jemari di tombol smartphone sebagaimana orang-orang di era milenial sekarang ini. Tapi lebih dari itu, memanjakan diri adalah menyenangkan hati dan menenangkan pikiran dengan melakukan hal-hal yang disukai.
Jadi tubuh dan perasaan akan lebih fresh dan segar jika kita bisa mengambil sedikit waktu untuk melakukan kegiatan yang seru, fun, dan pastinya tidak menguras pikiran.
Salah satu kegiatan itu adalah menulis. Bagiku manfaat menulis sangatlah besar. Menulis bisa menjadi obat untuk tubuh yang lelah, hati yang lelah, juga pikiran yang lelah. Aku percaya dan sudah membuktikan apa yang disampaikan oleh banyak psychologist bahwa "writing is healing",  menulis itu menyembuhkan.
Menulis bisa di mana saja, bisa di diary, notebook, atau di media lainnya yang banyak tersedia saat ini.
Namun, jika menulis di media sosial, tentu banyak hal yang harus diperhatikan. Selain kesantunan berbahasa, tulisanmu juga harus bebas sara. Tulislah apapun yang bisa memberikan manfaat, bukan sekedar curhat lepas untuk membuang semua sampah perasaan dengan mengedepankan keluh kesah, gugatan pada Tuhan, dan lain sebagainya. Karena kata-katamu adalah sugesti untuk dirimu. Kata yang baik akan memberikan efek positif begitu juga sebaliknya.
Selain menulis, sungguh banyak hal positif lainnya yang bisa dilakukan untuk meraih kesenangan tubuh dan pikiran. Yang penting kenali diri, karena dengan mengenal diri kita akan tau apa yang sedang dibutuhkan diri dan cara apa yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

***

Berbenah Yuk Berbenah

Jika tulisan di atas lebih fokus ke aktivitas menulis, tulisan kedua akan menyajikan sesuatu yang berbeda.
Yuk berbenah!
Meskipun kegiatan mengajar di luar rumah cukup padat, saya tetaplah seorang ibu rumah tangga yang tak pantas membuat-buat alasan untuk lepas dari pekerjaan rumah. Karena sejatinya kegiatan rumah inilah yang menjadi tugas wajib seorang perempuan yang sudah menikah.
Jika suami mengizinkan istri bertugas di luar,  maka mau tidak mau istri harus sedikit berkorban, berani mengambil resiko dengan merelakan sisa waktu- yang harusnya bisa full digunakan beristirahat- untuk mengelola urusan domestik rumah tangga. Salah satunya berbenah. Saya suka sekali berbenah. Berbenah adalah satu hal yang sangat amat mengasikkan. Karena suka, maka saya tidak merasa terbebani dengan tugas ini.
Meletakkan sesuatu di tempatnya, merapikan yang berantakan, mencuci piring-piring kotor, menyapu lantai,  adalah kegiatan yang sangat saya nikmati.
Bagi saya rumah yang rapi dan bersih akan membuat nyaman hati penghuninya. Rumah yang kotor dan berantakan akan membuat hati dan pikiran menjadi kusut. Jika pikiran kusut, maka emosi negatif akan sulit dikontrol.
Di antara kegiatan berbenah yang paling saya suka adalah menata buku-buku.
Deretan buku-buku yang rapi di rak akan membuat tampilan rumah menjadi aesthetic. Keberadaan buku-buku ini begitu berharga bagi saya, berharga dari segi kontennya, juga berharga dari segi nilai estetikanya di dalam rumah. Karena buku adalah hiasan rumah yang jauh lebih berharga dari lukisan yang nilainya jutaan rupiah.
Selain manata buku, menata dapur juga sangat saya senangi. Dapur adalah tempat favorit saya akhir-akhir ini. Jadi saya ingin
Dapur selalu tertata dan bebas dari tumpukan piring kotor. Bersihnya dapur adalah salah satu target ketuntasan saya setiap harinya. Intinya harus rapi dan bebas bau. Jika piring kotor ditumpuk dalam waktu yang cukup lama ( sehari saja) bisa menjadi sumber bau yang meresahkan hidung.
Pengelolaan sampah yang tepat juga bisa menekan bau, sampah harus dimasukkan ke dalam plastik sampah lalu dibuhul mati supaya bau tidak merembes keluar. Seperti inilah saya mengelola sampah sejak hijrah ke perkotaan. Kalau dahulu, sampah tidak perlu ditumpuk dulu baru dibuang/ menunggu petugas sampah membawanya. Cukup buang langsung ke tempat pembakaran lalu bakar, dan tugas pun selesai.
Selain berbenah harian seperti di atas, saya juga menyediakan waktu untuk berbenah pekanan terkhusus untuk yang menyita tenaga seperti menguras kamar mandi, membersihkan kolong dapur, membersihkan ricecooker.
Ya inilah salah satu kegiatan menyenangkan bagi ibu-ibu rumah tangga. Jika tugas wajib tertunaikan maka hati akan tenang dan menjadi kepuasan tersendiri di dalam batin. Wallahu a'lam

Sebuah Catatan Yang Tak Dapat Dimengerti, Kecuali Kita

Ini tentang perempuan gagahku
Yang dulu aku bersemayam di rahimnya
Perempuan dengan cinta yang terus mengalir bak sungai
mengalir dengan caranya
Walau tak seorang pun mengerti
Kecuali kita

Betapa kuingat dalam kisahmu
tersimpan empedu yang pahit mengendap jadi benalu
Tsunami kehidupan yang selalu datang berulang
Menghantam impian menguji kesabaran
Namun itu menghantarmu menjadi perempuan istimewa

bila diurai
tiada henti kita berbenah
menjemput kesadaran bahwa di kehidupan
Tak boleh kita lengah
Jangan membuat celah untuk jiwa yang serakah
jiwa yang pongah, lisan yang dipenuhi ghibah, asung dan fitnah

Kita adalah kita
Aku, juga tentang perempuan gagahku
Kebenaran kisah ada di lubuk hati kita
Tak ada yang bisa mengerti
Tak ada yang benar-benar tau
Kecuali kita

Perempuanku yang gagah, yang selalu tampak gagah
Dalam juang yang tak pernah mengenal lelah
Di kesendirian, dengan sayap yang patah

kini engkau tak muda lagi
pun nestapa masih enggan pergi
bersama kita berbagi menghadapi
karena Tuhan takkan biarkan kita sendiri

*Padang, 2021


Pertentangan

Adalah tidak tepat jika seseorang memelihara paradigma bahwa menghadiri acara baralek (baca: walimah) diibaratkan seperti arisan atau julo-julo dalam bahasa minang.
Artinya, wajib saling membayar. Kamu datang walimahan saya, saya juga harus datang walimahan kamu. Kalau tidak, ya persiapkan dirimu untuk menerima sanksi sosial dari masyarakat. Mungkin seperti sebuah gunjingan dan lain sebagainya.
Tapi, sungguh ini membuat batin saya menjadi bergemuruh.
Karena yang saya tau, menghadiri undangan memanglah wajib. Itu salah satu tuntunan syari'at agar hubungan dengan sesama bisa terus dipeliharan. Bukan tersebab oleh logika "jika maka". Karena Itu layaknya seperti hutang yang jika tak dibayarkan akan menjadi masalah hingga datangnya kematian bahkan setelah kematian.
Masalah bersosial, tak bisa memakai logika yang kaku seperti itu.
Ini soal iman dan soal rasa. Manivestasi keimanan dalam menjalankan perintah Allah dan rasulnya dan rasa untuk saling menghargai dan juga saling memahami.
jika seseorang tidak datang menghadiri undangan, ini bukan berarti mereka tidak mau, bisa saja mereka memang memiliki halangan atau uzur yang tidak dapat ditinggalkan. Maka mari kita belajar untuk tidak pernah menghukumi siapapun. Jangan menebar masalah di belakang yang kita belum tentu tau apa yang sesungguhnya terjadi pada saudara kita.
Di lain hal. Termasuk mengunjungi saudara yang sakit.
Adalah hak seorang muslim atas muslim lainnya untuk dikunjungi saat sakit.
Bukan berarti sebuah kewajiban yang tak bisa tawar menawar. Bukankah agama ini memiliki rukhsah di antara jejeran perintah.
Rukhsah bisa dipilih sebagai pilihan terakhir saat kita benar-benar tak memiliki kemampuan.
Jika agama punya rukshah, bukankah kita juga perlu memahami akan uzur seseorang. Wallahu a'lam

Memasak, Separuh Bahagiaku

Banyak hal penyumbang kebahagiaan. Bisa dari keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya.
Bagiku, saat ini, memasak adalah hobi baru yang membuatku tertarik dan merasa tertantang.
Ini bukan memasak yang biasa, bukan hidangan hari-hari yang disajikan dalam keluarga. Melainkan hidangan baru yang belum pernah kucoba sebelumnya.
Bermula dari kegemaran menonton saluran youtube. Mulai dari acara yang bisa dibilang monoton tentang tutorial bikin ini dan itu. Sampai saluran yang cukup kreatif yang tak hanya menyajikan kegiatan masak memasak tapi juga menawarkan hal lain yang indah untuk dinikmati. Seperti memasak di tengah salju turun, memasak  sayuran yang dipetik sendiri di kebun sekeliling rumah sambil memperlihatkan suasana desa dan perkebunan yang membuat mata terasa sejuk memandangnya.
Namun semasa itu, belum ada keinginan kuat untuk mencoba, meskipun sudah banyak resep yang disimpan baik di beranda facebook maupun di daftar tonton nanti di youtube. Ya, mungkin mindsetnya kemarin salah. Aku merasa waktu terlalu sempit untukku bisa berkreasi di tengah panjangnya waktu bekerja sekaligus momong anak.
Nah, baru sekarang lah aku memulai untuk menyicil, mencoba satu-satu resep itu. Kurang tau juga kenapa begitu tiba-tiba. Tapi tentunya aku merasa sangat bersyukur.
Dari beberapa yang kucoba, beberapa gagal. Mungkin karena belum nemu resep yang pas untuk alat-alat sederhana yang kupunya. Seperti cake. Aku harus lebih banyak belajar. Tapi lumayanlah untuk bekal cemilan anak-anakku selama ikut umi abinya ke sekolah.
Ternyata memasak "hal baru" itu, makin dicoba, makin ketagihan. Pekan kemarin aku mencoba membuat dorayaki ala ala. Pekan ini kucoba membuat kulit tortilla untuk kebab. Anak-anak suka, abinya anak-anak juga suka.
Sekarang tiap hari malah mikirin apalagi yang mau dicoba. Mau eksekusi resep mana lagi. Dan kini waktu terasa kian panjang.
Bahkan sekarang dalam sehari bisa 5x kali manasin kompor.
Capek? alhamdulillah tidak. Karena memasak adalah bahagian dari cinta. Dan semua tahu bahwa cinta bisa memantik rasa bahagia.
Rasa lelah, capek, akan menguap segera tatkala yang dicinta bisa menikmati hidangan dengan rasa puas dan penuh gembira.

Agustus, 2021

Nasihat Singkat

Saat engkau terluka oleh sikap manusia, senantiasa bersabarlah. Jangan cela dia, meski hanya di dalam hatimu, karna celaan menandakan dirimu tlah berbangga dan merasa diri lebih baik darinya.
Cukup jadikan pelajaran berharga, tentang perlakuannya kepadamu, akan engkau ingat selamanya.
Bahwa engkau tidak akan melakukan hal yang sama pada siapapun juga.

Bunda, Yuk Saling Menghargai!

Satu hal yang perlu diingat dalam status kita sebagai orang tua adalah jangan pernah merasa diri paling hebat dalam mendidik anak. Walaupun diakui memang hebat karena anak-anak yang kamu didik sukses di kehidupan dunianya. Ya, mungkin hebat untuk anakmu. Tapi bukan untuk anak orang lain.
Jangan pernah berbangga diri, apalagi sampai mendikte orang lain untuk mengikuti caramu. Hargailah pilihan mereka dalam mendidik anak-anak mereka. Jangan campuri dan jangan memandang sinis kepada mereka.
Ingat, latar belakang hidupmu dan mereka jelas tak sama. Keadaanmu saat ini pun juga tak sama dengan mereka. Dan pastinya anakmu dan anak mereka adalah dua orang yang berbeda. Berbeda personality, berbeda keadaan dan jelas berbeda pula latar belakang hidupnya.
Sungguh pemandangan yang memilukan, tatkala seseorang sedang menegur anaknya, lalu yang lain yang tak diundang ikut campur dan mementahkan usaha si orang tua. Sangat disayangkan nasihat yang hampir masuk ke hati si anak langsung digagalkan .
Satu lagi ingat! Tingkat dharuriyatnya sesuatu hal dan tingkat kesepelean suatu hal pada pandangan masing-masing orang itu bisa saja berbeda.
Bagi kamu mungkin sepele, bagi sebagian yang lain tidak.
Ya, intinya, yuk saling harga menghargailah kita sebagai sesama orang tua.
Boleh memberi saran, tapi jangan memaksakan kehendak.
Kalau memberi saran, lihat-lihat kondisi juga. Ajaklah bicara berdua dengan bahasa persuasif yang indah didengar. Kan kita sudah jadi orang tua. Sudah dewasa toh!
Wallahu a'lam

Introvert vs ekstrovert Dalam Pandangan Masyarakat Secara Universal

Salah satu dimensi kemanusiaan yang paling asik untuk dibahas adalah dimensi kepribadian. Dimensi ini mempengaruhi perilaku manusia dalam menempatkan dirinya di masyarakat.
Berbicara tentang kepribadian sejatinya sama saja membicarakan hal yang sifatnya subjektif. Penilaian baik buruknya tiada tolak ukur yang pasti. Hanya bisa dirata-ratakan tergantung kondisi di selingkar masyarakatnya.
Kali ini saya tidak akan membahas tentang terminologi kepribadian introvert dan ekstrovert.
Pusat bahasan saya kali ini adalah bagaimana masyarakat memandang dua kepribadian ini.
Secara umum, kecendrungan manusia lebih menyukai pribadi ekstrovert karena mereka lebih ceria, mudah berkawan serta pandai bersosialisasi dengan semua kalangan. Dan umumnya mereka ini mudah diterima dalam masyarakat. Karena sudah menjadi sifat masyarakat untuk butuh akan bersosial dan bermua'amalah satu sama lainnya. Bertolak dari ini, maka masyarakat akan cenderung melontarkan stigma negatif pada orang-orang dengan pribadi sebaliknya yaitu introvert. Orang-orang yang pendiam, yang suka mengurung diri, terlihat enggan untuk bersosialisi dengan sekitar meskipun hanya untuk basa basi. Orang-orang seperti ini sulit ditebak, dan biasanya memiliki lingkaran pertemanan yang kecil dan sempit.
Tapi apakah pemikiran seperti ini layak untuk dipertahankan? Saya rasa tidak.
Untuk bisa mengerti ini, sangat butuh pada dua hal berikut ; Pertama pengetahuan dan kedua adalah pemahaman.
Pertama harus tau dulu, bahwa manusia diciptakan dengan sangat kompleks. Tak hanya morfologi jasad yang berbeda tapi juga kepribadian yang berbeda. Kita tak dituntut untuk tau akan istilah-istilah yang dipakai dalam bahasan ilmu jiwa, apakah itu ekstrovert, introvert, ataukah ambivert. Cukup tau saja bahwa manusia memiliki pribadi yang beragam.
Pengetahuan ini in sya Allah akan membantu kita untuk bisa lebih memahami orang lain. Sehingga setiap tindakan kita tak melulu bersifat egosentris semata.
Lalu setelah itu barulah dibutuhkan pemahaman. Tak sekedar tau, tapi juga memahami.
Apa indikator seseorang berada di level paham?
Yang jelas tak ada lagi judgemental/sikap menghakimi.
Mampu membedakan antisosial dengan introvert. Ini adalah dua istilah dengan makna yang berbeda. Antisosial merupakan sebuah gangguan kepribadian. Penderitanya cenderung berbohong, melanggar hukum, bertindak impulsif, dan kurang memperhatikan keselamatan diri sendiri maupun keselamatan orang lain. Sedangkan orang-orang dengan pribadi
introvert adalah mereka yang fokus dengan diri sendiri, tipe damai. Mereka bukannya tidak mau bersosial, bukannya tidak mau andil dalam kehidupan bermasyarakat, hanya saja mereka merasa tak pandai dalam menempatkan diri. Merasa canggung.
Jika bicara simpati dan empati, justru mereka lebih mudah tersentuh. Karena diamnya mereka bukannya karena apatis, melainkan diam yang terus mengamati.
Untuk membantu mereka bersosialisasi maka disinilah perannya orang-orang ekstrovert untuk menarik mereka masuk ke masyarakat. Mereka butuh pada orang-orang yang bisa menyamankan suasana sehingga mereka tak lagi merasa canggung dan terasing.
Jika dipelajari lebih dalam, pribadi introvert yang sudah terasah, dalam artian sudah melalui proses pembelajaran kehidupan, akan menjadi kepribadian yang luar biasa. Betapa banyak daftar nama orang-orang sukses di dunia ini memiliki kepribadian introvert.
Karena mereka mampu meningkatkan sisi kelebihan dan menekan sisi-sisi kekurangannya. Wallahu a'lam

Penerimaan Diri

Memaksa diri untuk tampil sempurna adalah hal yang menyakitkan. Karena faktanya manusia telah dianugerahi hawa nafsu yang setiap waktu bisa menyeretnya pada kesalahan.
Adakalanya kita butuh peregangan dalam hidup. Agar semua yang bernaung di dalam pikiran bisa menerima semua keadaan. Kita bukanlah sang creator dari sebuah kenyataan di mana semuanya harus berjalan sesuai kehendak yang kita gariskan.
Mari bersama menjalani, mengikuti skenario. Toh, banyak jalan telah di sediakan. Karena ini skenario dari Tuhan, tidak ada pemaksaan, yang ada hanya tuntunan. Perlu kontrol dari dalam, dan sebuah penerimaan serta reaksi yang positif jika ada hantaman badai dari luar.
Kita manusia, tempat salah dan benar. Keduanya akan selalu mengiringi setiap jejak perjalanan kita.
Berusahalah berbuat baik untuk mengisi jatah hidup yang tersisa.
Sebuah kesalahan dan kegagalan adalah pelajaran berharga yang harus disesali untuk kemudian diterima dan diperbaiki.
Bukan untuk dihujat,  diratapi, dipertanyakan tanpa batas akhir. 

Halo aku

 Halo aku....

Apa kabar?
Maaf lama tak menyapa
Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk ya?
Hmm, benar. Waktuku banyak terpakai untuk keluarga.
Memasak, beberes rumah, bermain bersama anak, diskusi alot dengan suami,
Juga mengurus urusan pekerjaan yang semuanya mendesak
Semoga kamu bisa lebih sabar ya,
Soal waktuku, insyaallah akan selalu ada untukmu
Oh ya, apa kabar hal kemarin?
Apa masih kau pikirkan?
Tak mengapa, cukup pikirkan sekedarnya dan semampumu saja. Lebihnya, serahkan saja sama Tuhan. Ingat kamu tidak sendiri.
Paling penting itu jangan bosan berbuat baik. Terus dan terus.
Dan untuk semua kesalahan, yuk sama-sama kita berupaya memperbaiki, ya walaupun setelahnya tanpa kita sadar muncul lagi kesalahan baru, lagi dan lagi
Oh ya, jangan memaksa diri selalu sempurna ya, karena itu menyakitkan. Sangat menyakitkan.
kan wajar jika ada kesalahan, kita  manusia kan. Plis, jangan terus-terusan menyalahkan diri ya.
Satu lagi,  jangan terbebani sama omongan orang. Jangan takut tak bisa membahagiakan orang.
Bukankah baru kemarin kita belajar untuk tidak memusingkan reaksi orang-orang di luar circle 1 kita.
Kita sudah selesai memposisikan orang-orang di kehidupan kita dan sudah tau pengaruh keberadaan mereka ke kita dan pengaruh kita ke mereka.
Udah ya, untuk yang ini kita udah kelar ya. Jangan dibahas lagi lho.
Sebenarnya, fokus kamu itu cukup sama hal intern yang ada dalam dirimu saja.
Fokus untuk bisa mengendalikan diri, mengelola emosi, meningkatkan kualitas spiritual, sehingga mental kamu selalu dalam keadaan baik dan hubunganmu dengan Tuhan pun semakin dekat.
Soal aksi reaksi dengan pihak luar itu tak perlu menjadi beban pikiran, kamu tidak bisa mengontrol hal di luar dirimu.
Makanya jika ketahananmu di dalam kokoh, maka pihak luar tak akan bisa mengusikmu.
Yuk, mari belajar memaafkan.
Masyaallah, tentang ini, jadi ingat tausiah sang guru dua hari yang lalu.
Ada 3 kunci dalam al Quran yang bisa dipegang dalam menjalani interaksi dengan sesama.
" Maafkanlah, ajaklah pada kebaikan, dan berpalinglah dari orang yang bodoh"
Simpel dan indah.
Maafkanlah mereka yang salah, jangan bebani mereka dengan sesuatu di luar kemampuannya. Setiap orang berbeda-beda. Dan pahamilah mereka yang berbeda-beda itu.
Lalu ajaklah pada kebaikan ( sesuai al quran dan sunnah dan sesuai keadaan urf/adat istiadat yang tidak melanggar syariat)
Terakhir, berpalinglah dari orang-orang bodoh.
Oh ya, Sudah terlalu malam, semoga obrolan kita bisa memberikan manfaat ya.
Tunggu aku ya, esok aku akan menemuimu kembali.