Minggu, 20 Oktober 2019

Pantaskah Ia Pikul Derita

Pantaskah ia menanggung derita? 
Muda tercampak,  Tua terabai
Sepi sendiri, padanya berdiam sunyi
Wajah yang dahulu gagah
Kini mengguratkan kerut-kerut lelah
Tiada menit tuk berkemas diri
Hanya berhitung,  menghitung untung badan diri

Masihkah pantas ia memikul derita? 
Sedang langit ialah saksi
Bagaimana hidup diperjuangkan
Langkah demi langkah 
Ujian demi ujian,  bahkan hinaan
Tiada surut kobaran di hati
Demi tiga kata,  aku harus bertahan

Ya! Begitu pandai dikau bertahan
Untuk kehidupan yang telah dijelang
Cadas menimpa, engkau terima
Kau biarkan tubuhmu terkulai lunglai
Demi kekasih,  sahabat,  dan kerabat
Demi mereka yang kini tlah lupa
Padamu yang kini tlah papa




Jumat, 11 Oktober 2019

A Magical Of Love

Have you ever feel like me?
I say that as a magical of love.
The feeling i mean is when you are in a bad condition. You are sick, weak, and feel hopeless.
The one and only you can do time by time is lying on bed while your phone in your hand.
Then the magic comes, your husband back home. 
He looks you, walks to you, gives his best smile, and say something you wanna hear from him.
You know, its really awsome time. Suddenly your sickness goes away, and you can make a smile you never made before. 

Dilema Seorang Ibu

Salah satu dilema yang dialami seorang ibu adalah tatkala anak-anak batita-nya mendesak perhatian di waktu yang bersamaan. Masing-masing mereka sedang tak ingin berbagi perhatian dengan saudaranya. Dan mereka ingin ibu hanya terfokus kepada dirinya saja. Mungkin di lain waktu mereka bisa bersabar, merelakan sebagian fokus ibu terbagi. Satu untuk si kakak yang sedang bercerita, dan satunya lagi untuk si adik yang lagi asik minum asi. Tapi memang adakalanya rasa egois itu datang, sehingga anak tidak mau mengerti keadaan.
Hal berat yang dirasakan ibu mengenai kejadian ini adalah bagaimana caranya agar semua batita-nya  bisa tetap mendapatkan perhatian walaupun mereka lebih dari satu. Bagaimana caranya agar salah seorang diantara mereka tidak merasa terabaikan. Berat rasanya jika harus melihat kakak  menangis kejer hanya karena menunggu ibu selesai mengurus adik atau begitu juga sebaliknya. Tapi harus bagaimana, tidak ada solusi lain. Ibu hanya bisa melihat kondisi mana yang lebih penting didahulukan. Pada satu waktu bisa jadi kakak lebih penting didahulukan dari pada adik, dan di waktu lain bisa jadi adik lebih utama dari pada si kakak. Ya begitulah. Walaupun kadangkala ibu bisa saja melakukan hal-hal luar biasa yang tiada bisa diduga. Satu tangan gendong adik, satunya lagi menyuapi kakak makan, sedang mulut asik pula mengoreksi hafalan si kakak yang paling besar. Hmm... Di dalam hati ibu cuma bisa bilang, "Andai saja tubuh ini bisa dibagi-bagi..."

Kamis, 10 Oktober 2019

D.i.v.o.r.c.e

About divorce. Noone knows better than me or people are in the same condition with me.
more than a quarter of one century and the history sill gives me a black notes in my perfection life.
trying to spread peace to this blood. But sometime the influence of that notes too hard and i can't throw it away.
so, to everyone loves me ; just listen to me. Dont teach me. You know but you dont have an empathy. 
You thought you give me a remedy but its not solution for me.
D.i.v.o.r.c.e Maybe just a word. But when it comes to a life. That life separates, the heart cries, is when you look into the ones who have a different life . ** just say no to divorece and save your family

Falah dan Seseorang yang Dipanggilnya "Pak"

Tepatnya tetangga. Rumahnya sebelah kiri rumah yang ada di depan rumah kami. Kalau siang, beliau dan keluarga tidak ada di rumah. Keluarga ini berada di rumah hanya dari sore sampai pagi esoknya. Istrinya dosen. Dan si bapak bekerja di salah satu media cetak terpercaya di kota padang. Usia beliau masih jauh dari kata tua. Paling sekitaran 40an. Anak-anaknya ada tiga. Yang paling besar laki-laki, sekolahnya SMP. Yang tengah perempuan, masih SD. Dan yang bontot juga perempuan, belum sekolah.
Kembali ke Falah. Anakku ini  hafal betul kapan menyoraki si bapak.
Dia tau bunyi mobil beliau. Kenal dengan bunyi pagar rumah beliau ketika dibuka.
Kalau salah satu dari bunyi-bunyian tersebut terdengar, si falah yang sedang tiduran akan langsung mendongak tegak, lari ke jendela, dan bersorak "paaaak" .
Uniknya, setiap falah memanggilnya, si bapak tak bosan menyahut. Tak pernah beliau mengabaikan.
Berkali-kali falah bilang "paaak" berkali-kali pula si bapak menjawab "yaaa falaah". Kadang diselingi dengan pertanyaan, " sudah mandi falah..?" atau "sudah makan falah?"
Kadang kami merasa segan sama beliau. Takutnya falah mengganggu. Tapi ya itu, falah selalu lanjut dengan kesenangannya, tiap hari, dengan panggilan yang berulang kali.
Begitulah, anak kecil memang punya kecendrungan dekat dengan seseorang yang bukan keluarganya.
Apakah kecendrungan ini bertahan hingga dewasa?? Tentu tidak. Anak-anak bahkan lupa kalau dulu pernah nempel dengan seseorang ini dan itu. Sedang yang bersangkutan takkan pernah lupa kalau dahulu inilah anak kecil yang selalu bersorak memanggilnya "paaaak".

Ibu yang Cemburu

Rasanya ingin pajang emoji tertawa di awal tulisan ini, tapi ga jadi ah. Ketawanya disimpan dulu aja. oke.... lanjuuuut!

Halo pemirsah... ternyata jadi seorang ibu itu banyak drama juga yah. Soalnya saat jadi ibu  kita bisa mendayagunakan semua jenis perasaan yang ada dalam segala macam peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Dan itu benar-benar komplit, menjadi sebuah kekayaan rasa. 
Seorang ibu ga kenal dengan yang namanya bumi datar cuy. Bumi mereka itu bergelombang. Saat angin sepoi, gelombangnya kecil bahkan hampir bisa dikatakan tenang. Saat badai gelombangnya besar, bisa menghempas ke sana dan ke mari.

Eh bu! pernah cemburu ga bu? Jawabannya pernah kan ya. Cemburu kan tanda cinta. Kalau cemburunya karena suatu waktu anak lebih dekat ke suami daripada ke kita cemburu ga?
Kalau aku sih iyes bu. Ada kecemburuan dikit. Makanya waktu mau nulis ini ketawa dulu. Soalnya agak ga wajar gitu.
Gimana ya, pengennya itu anak-anak nempelnya sama kita aja. Mau minta sesuatu ke ibu, nangis cari ibu, lapar cari ibu, mau main cari ibu. Eh pas ketemu si ibu, ibu malah sibuk, "sana! sama bapak dulu! hehe..  egois ya kita? Kita?? eh mungkin daku saja kali ya. 

Ya begitulah bu. Cemburu saat anak anak mulai belajar mengucapkan kata-kata, yang terucap pertama kali malah panggilan untuk bapaknya, cemburu saat doi lagi main sama kita tapi melulu tanya bapaknya. Ini ibumu naaaaak...ibumuuuu.... (sambil nangis sesenggukan) lebay. oalaah ibu.. ibu..

Selasa, 08 Oktober 2019

Jangan Ada Prasangka Di antara Kita

Teman, kita yang biasa bersama, saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman, berbagi rasa baik suka maupun duka. Bagaimanakah jika suatu waktu aku lenyap dari pandanganmu, sunyi dari pendengaranmu, tiada kabar berita dariku walaupun hanya sebait ucapan selamat tinggal, karena mungkin aku akan pergi ke tempat yang teramat jauh. Apakah gerangan yang akan engkau pikirkan tentangku?
Kecewa? Ya, mungkin saja. Apa engkau akan marah lalu membenciku? Sehingga tatkala aku datang mengunjungimu lagi engkau akan tutup pintu rumahmu untukku. Teman, fahamilah bahwa hidupku hidupmu itu berbeda. Terkadang tak semua bisa kuceritakan padamu. Bahkan meski aku mau, namun waktu pula yang enggan memberiku ruang untuk mendatangimu dan berkisah padamu. Ya, mungkin karena peliknya hidupku, sehingga pikiran dan langkahku disibukkan oleh berbagai urusan yang menyita waktu kebersamaan denganmu. Jika benar itu terjadi, aku mohon, tetaplah menjadi temanku. Teman yang kumaknai sebagai saudara, yang tak mungkin berpikir buruk tentangku. Jangan ada prasangka di antara kita, karena prasangka adalah indikator awal retaknya sebuah jalinan pertemanan. Engkau boleh kecewa, namun setelah itu carikanlah seribu uzur untuk temanmu ini, sehingga tiada muncul prasangka yang nantinya akan menghantarkan kita pada perselisihan dan permusuhan. Sepakat kan kita?





Ah, aku terlalu serius ya? Janganlah dikau bersedih sekarang, teman. Ramadhan di malam ini masih  purnama. Nikmatilah sebelum syawal keburu datang. Kisah kepergianku itu hanyalah guyonan. Namun tetap harapanku adalah kebenaran. Karena kita tak mampu meramal apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
**Padang, Ramadhan Juni 2018

Di Awal Kehadirannya

Tatkala si kecil lahir, bahagia rasa hati. Generasi penerus yang ditunggu-tunggu kehadirannya akhirnya datang dalam kehidupan. Tiada kata yang bisa terucap, kecuali kebahagiaan. Dan seketika, terbayang suasana rumah yang nanti tak akan sepi lagi.
Namun di balik itu semua, rasa khawatir pun muncul. Banyak pertanyaan bersarang di kepala. Terutama bagi bunda yang tingkat kecemasannya jauh di atas ayah. Contohnya; Bisa ga ya saya merawatnya dengan baik? Akankah perkembangan dan pertumbuhannya baik-baik saja? Ini kok nangis terus, anak saya kolik ya? Nah, kalau beneran kolik trus gimana? Belum lagi jika asi tidak keluar. Rasanya terpukul luar biasa. Tubuh jadi lelah, pikiran pun tersita. Butuh rasanya dukungan dari semua orang di jagat raya ini. Betul tak?
***
20 November 2017 lalu, Alhamdulillah anak saya "falah" lahir dengan selamat lewat persalinan normal. Kami, umi dan abinya sungguh luar biasa bahagia. Setelah satu tahun menunggu, Allah akhirnya memberikan amanah ini pada kami di saat kami sudah benar benar merasa ikhlas dan tawakkal pada-Nya. Namun lucunya, setelah anak lahir, rasanya kok jadi kagok. Padahal sebelumnya saya sudah punya banyak riwayat bacaan. Cara mengetahui arti tangisan bayi lah, cara memandikan bayi lah, posisi menyusui yang benar, dan banyak hal lainnya. Tapi itu wajar, teori saja tentu tak cukup. Kalau pun mau praktek, pakai bayi siapa? kan ga lucu kalau harus pinjam bayi orang lain. Nah, sewaktu di rumah sakit, semuanya masih terasa mudah, karena semua pekerjaan dikerjakan oleh perawat. Tapi setelah si kecil dibawa pulang, barulah kebingunan kebingungan itu muncul.
Syukurnya, Allah selalu memberikan kemudahan setelah adanya kesulitan di masa awal persalinan. Tiba tiba saja orang tua menawarkan kursus gratis memandikan dan membedong bayi di rumah beliau. Tanpa ragu saya terimalah tawaran tersebut (walaupun sebelumnya berniat ingin mandiri). kami boyonglah falah ke rumah orang tua. Bersamaan dengan itu, saya juga bikin program untuk melatih diri menjadi kelelawar, malam berjaga siang tidur. Banyak trik yang diadopsi dari google. Namun program ini tak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Banyak hal lucu sampai menyedihkan terjadi. Pada akhirnya saya hanya sukses berjaga di waktu malam, sedangkan siangnya tetap tak bisa tidur. Rasanya ituu....... Wow! Wow ngantuknya, wow pegalnya. Apalagi saya yang saat itu masih nyeri tulang dan otot sehabis melahirkan. Jalan pun masih susah. Tapi untungnya ada suami yang sentiasa setia menemani. Kami selalu bergotong royong dalam penjagaan si kecil. Jika lelah, lelah bersama. Selalu berusaha untuk tidak mengeluh, karena ini anugrah yang seharusnya disyukuri. Setelah satu, dua, tiga bulan berlalu. Proses tersebut terasa lebih mudah. Namun kekhawatiran yang baru mulai bermunculan. Setelah diperhatikan secara detail, Kok mata si kecil kayak juling gitu ya? Warna pup nya kok berubah? Kemarin pup nya lancar sekarang udah hampir seminggu belum pup? Ini lagi di tangannya muncul bintil merah, kenapa ya? Anak si ini 3 bulan udah bisa tengkurap, anak saya kapan, ini udah mau 4 bulan lho? Haduuuuh! Pusing deh pala umi. Kalau abinya mah lebih tenang. Yang susahnya menenangkan si umi kalau khawatir akutnya kambuh.
Ya begitulah, Selalu aja ada hal yang bikin cuaca cerah jadi mendung seketika. Kalau begitu benarlah, jika kita telah memiliki anak, rasa khawatir itu akan selalu bermunculan lagi dan lagi. Saat anak bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, bahkan setelah anak kita berkeluarga sekalipun. Itulah bukti kasih sayang orang tua pada anaknya. Dari khawatir timbullah aturan, dari khawatir muncullah nasehat, bahkan kadang ada yang berwujud hukuman. Para anak harusnya faham akan hal itu. Tapi, khawatirnya jangan berlebihan ya bunda. Akibatnya pasti tak sehat buat jiwa kita, dan terhadap anak pun takkan baik dampaknya.

ADUHAI! TIADALAH MANUSIA ITU SEMPURNA

Ketika seseorang baru hijrah. Baru nyemplung dalam suatu kajian keislaman, mulai membersamai majlis orang- orang sholih dan berilmu, mulai rajin pantengin video ceramah di waktu senggang, lantas apakah kita layak memberikan penilaian sebagai insan paripurna terhadapnya? Hanya karena tampilan fisiknya berubah. Jenggot yang mulai dipelihara, celana sudah cingkrang, kemana-mana pakai kopiah haji. Atau bagi perempuan jilbab susah panjang, pakai cadar mungkin, kemana-mana bawa mushaf dan rajin tilawah. Lalu kita berpikir dia orang baik. Akhlaknya (pasti) karimah, karena pasti dia tak emosian lagi. Pasti sudah insaf ngomongin orang.dsb.
Sudah! stop! Mohon dengan sangat, cepat sadarkan dirimu ketika pikiran seperti itu datang, hentakkan batinmu segera, lalu fahamilah bahwa tiada makhluk yang sempurna.
Jangan biarkan dirimu tergelincir jauh. Manusia se-level ustadz saja masih ada kurangnya lho, apalagi kita. Belajar agama saja baru kemarin sore. Sudahlah ya. Ingatlah kawan, hijrah fisik penampilan adalah level terendah dari tingkatan nilai hijrahnya seseorang. Bersyukur mereka sudah berusaha hijrah menjadi lebih baik. Selanjutnya biarkan mereka berproses dengan sendirinya, karena Allah takkan biarkan usaha mereka sia-sia. Selagi usaha mereka tetap berlanjut, Allah takkan pernah meninggalkan mereka.
Aku sungguh melihat bahaya yang lebih besar tatkala kita menilai seseorang dengan penilaian sempurna. Mulanya muncul kekecewaan. " bercadar  tapi kok gitu " Haduh kan udah ngaji tapi kok ya masih suka bla bla bla."
Akibatnya simpati hilang. Ujung-ujungnya penilaian baik tadi jadi sumbing separoh. Muncul rasa enggan untuk mendoakan sesama saudara. Parahnya timbul rasa ujub diri. Merasa lebih sholeh dan lain lain. Wallahu a'lam
[ Wacana ini sengaja dimunculkan untuk mengetuk pintu hati yang sudah terlanjur didera gemuruh. Agar muncul kembali kesadaran yang mungkin sejenak tlah hilang.]
** Padang, 2018

Ibu Rumah Tangga

Ada yang merasa "rendah" saat ditanya apa pekerjaannya. Maklum, "hanya" ibu rumah tangga, katanya. Loh! Memangnya kenapa? Apa istilahnya mesti diganti dengan profesional manajer in house, gitu? biar terdengarnya keren dan tidak kalah pamor sama kalimah profesor or doctor.
Entahlah. Atau mungkin juga ga pe-de nya itu karena pekerjaan ini "sepertinya" tidak menghasilkan. Ya finansial tentunya. Mau beli apa tunggu dijatah suami. Eeits siapa bilang. Sekarang kan zamannya internetan. banyak yang sukses bisnis online meskipun kerjanya di rumah. Tapi, apalah itu alasannya, yang jelas ini pemikiran yang salah. Setidaknya menurut saya dan orang-orang yang sependapat dengan saya.
Saya justru iri dan salut sama teman-teman dengan profesi ini. Selain mereka telah lebih dulu menjalankan anjuran agama, mereka pastinya punya kesabaran yang luar biasa. Sabar menghadapi tingkah anak seharian penuh. Sabar melihat rumah berantakan, rapikan lagi berantakan lagi. Sabar nunggu waktu kapan bisa merapikan diri sementara si bayik nangis kejer minta asi. Sabaaar.
Meski saat ini saya masih bekerja di luar rumah, impian terbesar saya sebagai ibunya anak-anak ya tentunya bisa tetap di rumah bersama mereka. Karena saya tidak melihat untung secara materil semata. Betapa bahagianya jika kita punya andil besar di setiap tumbuh kembang sang anak. Mereka bisa melafalkan kata itu karena bantuan kita. Mereka belajar berjalan karena kita yang melatihnya. Paling utama kita bisa sepenuhnya menjalankan peranSebagai "madrasatul ula" buat mereka. Betapa besarnya "hasil" yang bisa dituai jika kita mampu menjalankan peran itu dengan baik. Berapa pahala yang bisa kita peroleh, bahkan pahala tersebut bisa tetap mengalir walau ruh sudah terpisah dengan jasad. Wallahu a'lam

GELAP

Gelap adalah ketiadaan cahaya. Bila cahaya tak menyentuh mata-gelap- mata tak bisa menjalankan fungsinya. Bila cahaya tak menyinari hati (kalbu) -gelap- hati berada di kegelapan yang nyata.
Mata tak melihat, hati tak mampu merasa-i dengan baik. Itulah gelap yang menyebabkan kegelapan.
Dan kondisi ini bisa menjadi buruk jika tak disikapi dengan baik.
Gelap, mati lampu. Kalaulah keadaan ini tak dihadapi dengan sempit hati, tentu lilin kecil pun akan terasa cukup untuk menerangi. Hati yang gelap. Muram. Kalaulah cepat diperbaharui dengan memperbanyak ibadah, tentu muram cepat tersibak, karena cahaya keimanan yang menerangi.
***
Kemarin pak suami pulang terlambat. Rupanya beliau singgah ke kontrakan. Memang, sudah satu minggu kami menginap di rumah orang tua. Bolehlah menengok kondisi kontrakan yang lama ditinggalkan.
Sesampai di rumah beliau bercerita. Tetangga samping rumah datang menemui beliau ke lokasi kerja. Dia bilang, lampu rumahnya mati karena ada yang konslet. Dan malangnya, sekring listrik ada di rumah kami. Jangan heran.
Dulunya dua rumah itu adalah satu rumah yang cukup besar. Karena yang empunya rumah tak lagi tinggal di sana, maka rumah tersebut dibagi dua. Kemudian dikontrakkan tanpa memisahkan daya listriknya di masing-masing rumah..
Rumah yang satu kami tinggali dan satunya lagi sudah satu kali berganti penghuni semenjak 2 tahun kami disana. Dan penghuni yang sekarang adalah penghuni baru. Penghuni lama pindah ke rumah yang baru dibeli setelah diangkat menjadi PNS. Dengan penghuni yang sekarang kami belum sempat bertukar nomor telepon. Belum terlalu banyak bercerita. Ya sekedar nama, kampung dan dimana bekerja.
Sedih membayangkan mereka melalui malam tanpa lampu yang terang, apalagi mereka punya batita yang mungkin saja tak nyaman di kegelapan. Semoga hati mereka tetap lapang, meski bermalam dengan lilin lilin kecil atau hanya dengan terang rembulan.

Happy Mother

When mother is happy, family is happy. When family is happy, nation is happy.
Segitu besarnya kah pengaruh seorang ibu??
Ya!
Di permulaan pernikahan, sempat saya mempertanyakan statement suami, yang katanya; jika kamu bahagia, maka aku bahagia. (Suiiit... suiiit)
Loh? Mengapa tidak sebaliknya? Mengapa kebahagiaanmu harus bergantung pada diriku? Andai aku bersedih, dan kamu ikut sedih, lantas siapa yang akan menghiburku?
Ya, kita kan sejiwa dik. Hmm...
Saat masih berdua, bisa saja kita belum bisa memahami statement di atas. Karena hanya ada aku dan kamu saja. Aku mikirin kamu, kamu mikirin aku. Efek dari ketidakbahagiaan istri bisa saja tidak memberikan pengaruh besar dalam rumah tangga. Misal, Jika kamu sedih, kamu jadi diam. Tentu aku pun bersedih karena seulas senyum hilang di wajah manismu. Kamu bersedih, kerjaan jadi molor, dapur tak mengepul. Baiklah sayang, yuk kita makan di luar. Sederhana bukan penyelesaiannya?
Namun jika sudah ada anak. Hidup tentu makin banyak warnanya. Jika ibu tak bahagia emosi tak terkendali. efeknya bisa beruntun.
Suami jadi galau dan kacau, berangkat kerja tidak semangat. Pulang kerja, lihat anak-anak tak terurus dengan baik. Rumah berantakan, istri malas dandan. Perut lapar, namun tak ada makanan. Maka akan timbul beragam masalah yang akan merusak keharmonisan.
Ibu adalah "rabbatul bait".
Ibu yang menyiapkan makanan, ibu yang mengasuh sekaligus mendidik anak. Ibu yang menjaga kerapihan rumah. Serta urusan domestik rumah tangga lainnya.
Ujung tombak baiknya kehidupan rumah tangga ada pada seorang ibu. Berat??
Bisa jadi. Kan pahalanya juga besar. Imbalannya pun surga.
Maka menjadi sangat pentinglah ibu menjaga kestabilan mood dan emosi. Dengan apa? Tentunya dengan selalu mendekatkan diri pada sang khaliq. Ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan tak akan bisa diraih tanpa kedekatan dengan Allah. Jika hati gundah, koreksilah ibadah. Koreksi iman. Koreksi hati. Semoga kita, para ibu senantiasa berada dalam keadaan yang baik. Sehingga terciptalah keluarga bahagia, keluarga penuh cinta.
Yuk aminkan bu....
**Padang, 2019

Truly Housewife

Actually, Being a truly housewife with many professions are the best choice for each wife. This statement is not mean like you are a wife while u are also a teacher in school, and a bussines woman too in another place. But, the point of my statement is when u will be a wife, then you decide to stay at home to organize everything make u automaticaly have many professions in life. Sometimes you can be a gardener in ur little garden, and maybe in the other time u are a teacher and conselor for ur children, sometimes you will be a doctor, fashion stylist, home decorator, And many else of professions that you Will have to do when you being a housewife. And you will be totaly serious to do all. Proffesions without pay, but full of happiness and reward from Allah. Oh, how beautiful these are. i hope sometimes i have the opportunity to be a truly housewife like that. i'm still studying for more knowledge make me suitable to this position..
Read and correcting this if u have a time... 😆
i hope u -as a reader- do not judge me because of this statement. Just trying to share where is a wife must belong.
(Tulisan singkat dengan bahasa inggris yang acak acakan, semoga ada yang berkenan mengoreksinya)

Yang Seirama Menuju Barisan yang Sama

Sebuah pemandangan unik saat belajar tahsin sabtu pagi.
Tak sengaja, tanpa rencana. Teman-teman dengan baju berwarna hitam duduk sekelompok di barisan bangku bagian kanan kelas. Sedangkan yang memakai baju beragam warna duduk di barisan yang sama pula di bagian kiri ruang kelas. Mereka yang berdatangan, tanpa dipandu, satu demi satu melangkahkan kaki menuju barisan bangku teman lain yang pakaiannya seirama dengan mereka.
Saya tercenung. Sibuk dengan pemikiran sendiri. Hingga akhirnya berujung pada kesimpulan bahwa kecendrungan manusia mendekati manusia lain yang berada pada frekuensi yang sama dengannya. Entah itu dalam pemikiran, identitas, atau mungkin juga sama kepribadian.
Karena itu organisasi terbentuk. Karena itu sebuah harakah terbentuk. Karena itu pula sebuah manhaj terbentuk.
Siapa saja yang mengikuti metode beragama seperti para salaful ummah ; Nabi, sahabat, tabi'in dan pengikut tabi'in. Maka otomatis mereka berada dalam golongan orang-orang yang selamat. Berada di barisan yang sama dengan generasi-generasi terbaik. Sekelompok dengan mereka yang di pandang asing di zaman di mana kebenaran mulai terasing.

Episod Baru

Sekian lama absen menjadi seorang bloger. Kini rindu kembali hadir. Rasa rindu ini dilatarbelakangi oleh banyaknya peristiwa yang telah saya amati. Ingin kembali menampilkannya di sini. Semoga bisa menjadi motivasi, pelajaran, bagi siapa saja yang mungkin tanpa sengaja singgah di blog ini. Tulisan yang hadir setelah ini akan diposting secara beruntun karena penulis ingin semua tulisan yang ada di draft beberapa tahun belakangan ini akan dipindahkan ke sini. Semoga bisa memberikan manfaat.