Jumat, 02 Februari 2024

Si superior

Betapa menyebalkannya keberadaan "individu superior" dalam suatu kelompok atau populasi. Kata-kata dan perilakunya yang sugestif mampu menarik individu- individu awam yang kurang teredukasi, masuk ke dalam lingkaran pemikirannya. 
Yang sebenarnya pun, si superior ini juga fakir ilmu. Namun unggul dalam vokal. Sehingga di mana pun suaranya dapat didengar. 
Bagi yang faham, individu seperti ini bisa ditakar kualitasnya. Dan takkan menjadikan mereka ini hambatan untuk terus maju melakukan hal positif, apapun itu. Namun tak bisa dipungkiri, keberadaan mereka-mereka ini pada akhirnya bisa juga mengusik kenyamanan. Bagai benalu di pohon mangga. Jika dibiarkan, maka akan merusak kesuburan pohon tersebut. 
Si superior yang di hatinya sudah ada benih hasad, sombong, riya dan lain sebagainya akan menjadi pengganggu yang patut diwaspadai. Karena mereka lihai dalam berkamuflase dan gemar melakukan "playing victim" dalam banyak hal. 
Lihat bagaimana cara mereka bermain dalam suatu kasus, "Suatu ketika "si superior" merasa tak lagi dilirik karena kemunculan individu baru yang lebih unggul dan berkualitas dalam suatu pekerjaan. Pimpinan pun menyukai si individu baru. Si superior tentu tak Terima. Dan dengan segala cara dia mencari kelemahan orang yang "dianggapnya" saingan itu. Bahkan jika dia tak menemui kelemahan di sisi manapun, fitnah-fitnah pun akan dimunculkan. Kemudian dia akan datang menemui pimpinan. Dengan mengajak beberapa orang lain yang sudah dia cuci otaknya dengan membingkai tujuan busuk tadi dengan cover yang bagus. Mengajak beberapa follower ini adalah suatu yang penting baginya untuk suatu penyamaran. Cakep! 
Kemudian diajukanlah kelemahan-kelemahan orang tersebut di hadapan pimpinan. Apakah itu fakta atau rekayasa tidaklah penting. Yang penting menciptakan dan menyuarakan "imej buruk" Yang memungkinkan berubahnya kebijakan dan individu baru tadi pun disingkirkan. Begitulah pola-pola permainan yang seringkali dapat disaksikan dari para superior tipe ini. * wallahu a'lam

Minggu, 14 Januari 2024

Sepi

Hening sekali malam ini
Semua sudah di peraduan, berkelana dalam mimpinya sendiri
Aku jadi bertanya, mengapa hanya aku yang terjaga
Bolak balik bolak balik 
Memastikan semuanya aman terkendali
Ke kamar bocah
Lalu berbaring sejenak di sampingnya
Ingat mereka yang masih belajar tidur sendiri
Masih takut dan mau ditemani
Sebentar saja, lalu balik lagi ke kamarku, 
Ada si bungsu mungilku di sana bersebelahan dengan ayahnya
Ada harapan yang tiba-tiba muncul 
Insyaallah, di generasi ini tak ada lagi istilah "fatherless" 
Jauh, jauh, dan menjauhlah! 

Hmm, mengapa hanya aku yang belum tidur
Dengan tenggorokan yang terasa kering
Masih harus keluar lagi mengalirinya air dari galon yang isinya nyaris habis
Dan mata ini masih saja terang bercahaya
Tik ketik tik ketik, tulis saja apa yang dirasa
Aku kesepian
 Tak ada mereka
Hanya suara angin dari kipas yang  selalu menyala

Selasa, 05 Desember 2023

Resensi Buku Sederhana : Dari lubuk hati untuk ananda

Jazakillahu khairan kepada penerjemah buku ini. Yakni kepada Ummu ishaq zulfa husein al-atsariyah. Sungguh tangan ini telah meraihnya darimu di waktu yang sangat tepat, di saat jiwa sudah berada di titik nadir. Bagaikan obat, setiap untaian kata yang termaktub di dalam kitab mungil ini sangat menyejukkan, mendamaikan, dan menyembuhkan. Semua tak bisa lepas dari Bantuan Allah ta'ala yang telah menggerakkan hati. Sehingga pada akhirnya, buku yang sudah dibeli beberapa bulan lalu ini  masih dalam kondisi baru dan bersampulkan plastik, bisa dibaca untuk pertama kalinya. 
Karya Ibnul Jauzi memang selalu memikat hati, dengan kepadatan materi serta penggunaan bahasa-bahasa yang santun dan indah. Namun bukanlah keutamaan buku itu terletak pada keindahan kata-katanya saja, namun di setiap untaian kata-kata tersebut ada hikmah yang menyadarkan hati  yang lalai untuk kembali kepada sang penciptanya. Ada peringatan agar manusia tidak berjalan melewati batasnya. Senantiasa berada di tengah, sebagaimana hakikatnya seorang manusia. Dengan itu akan tercapai keseimbangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. 
Di halaman pertama, mata ini langsung disuguhi biografi penulis. Dengan judul bab " Ibnul Jauzi dalam kenangan" .Bab ini dimulai dengan kalimat-kalimat penghargaan terhadap beliau. Tersebab karya-karyanya  yang membuat beliau menjadi kebanggan di negeri Irak. Kemudian penerjemah menuturkan rentetan kisah beliau dari kelahirannya, nasabnya, masa kecil, masa remaja dengan segala kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu. Hingga Allah menganugerahi beliau kedalaman ilmu tersebut yang kemudian bisa kita baca dalam karya-karya tulis beliau yang luar biasa. 
Izinkan aku mengungkapkannnya sekali lagi, bahwa penyebab mengapa aku sampai membaca buku ini adalah murni karena rahmat Allah Ta'ala yang begitu besar untukku. Aku bisa merasakannya, karena tiadalah yang diharapkan oleh jiwa yang sakit selain kesembuhan. Dan Allah telah menuntunku untuk membaca saripati nasehat yang ada di buku ini. 
Setelah pembaca diperkenalkan lebih dekat dengan penulis, maka sudah sepatutnya rasa cinta itu tumbuh, pikiran dan hati akan dihadapkan sepenuhnya untuk menerima nasehat di semua pasalnya. 
Di pasal pertama, aku menemukan sapaan yang sangat menyentuh.  Seperti judul buku ini, " Dari Lubuk hati Untuk Ananda". Aku betul-betul merasakan ketulusan hati beliau dalam menuliskan nasehat ini. Bagaikan seorang ayah yang sedang  duduk berhadapan dengan anaknya. Beliau rahimahullahu ta'ala memanggilku dengan kalimat yang menyentuh. "Ketahuilah, wahai anakku, semoga Allah memberimu taufik kepada kebenaran" MasyaAllah, seakan aku telah menemukan ayahku yang selama ini kurindukan eksistensinya di hidupku. Ayah yang kurindukan nasehatnya saat aku lemah hingga aku mampu bertahan dengan kekuatan yang ada. Ayah yang selalu mengajakku pada kebenaran dan menarikku saat aku salah memilih jalan. Ayah yang selalu mendoakanku agar Allah memberiku taufik pada kebenaran. 
Di dalam buku ini tersaji 18 pasal. Dan pasal-pasal tersebut sengaja diurut dengan sistematis. Aku dibuat takjub karena penulis tau apa yang ada di benak pembaca. Karena setiap aku telah menyelesaikan satu pasal, maka apa yang ada di pasal berikutnya adalah jawaban atau respon dari apa yang ada di kepalaku saat menyelesaikan pasal sebelumnya. 
Seperti pada pasal " Merenungkan hakikat dunia" , penulis dengan tegasnya mengutarakan betapa ruginya jika hidup ini hanya diisi oleh perkara dunia yang melalaikan. Dunia hanya sementara sementara akhirat memiliki masa yang panjang. 
Saat membaca pasal ini, aku diajak untuk merefleksikan diri sejenak. Hingga muncul banyak hal yang disesali. Tentang betapa sibuknya pikiran dan raga ini hanya untuk melakukan beragam hal yang bersifat keduniaan. Namun, di tengah kecamuk yang ada. Penulis kembali menghadirkan harapan, dengan judul pasal "Jangan putus asa dari kebaikan " . MasyaAllah. 
Semoga banyak ibroh dan pelajaran yang bisa diamalkan dari buku ini. Meskipun bukunya hanya berjumlah 100 halaman, Namun setiap ilmu yang dituliskan di dalamnya tak ternilai harganya jika dibandingkan dengan novel-novel syubhat yang dulu pernah dibaca. Semoga Allah mudahkan buku ini tersebar dan dibaca oleh banyak orang. Dengan harga 35.000 kita bisa mendapatkan banyak manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.

Rabu, 29 November 2023

Trying to manage myself, again

Lelah. 
Aku pun melarikan pandanganku keluar jendela.  Ada hamparan sawah dengan benih padi yang baru saja tumbuh. Masa tanam ini sudah harus dimulai karena 6 bulan lagi ramadhan datang. Dan mesti padi baru, beras baru untuk bulan yang penuh haru. 

Aku ingin melemparkan pandangan ini lebih jauh lagi, petakan sawah yang luas itu dibatasi oleh gedung kampus serta beberapa rumah penduduk. Di sisi yang lain berbatasan dengan sepenggal bebukitan yang menjadi penyejuk kota yang gersang ini. Aku bersyukur atas keberadaan semua itu. Karena masih ada ruang damai di hiruk pikuknya suasana perkotaan. 

Di langit lepas, aku menyaksikan burung-burung putih berkaki panjang terbang indah, yang kemudian menukik turun dan berjalan di tengah sawah berlumpur sambil mencari sesuatu untuk mengisi kekosongan perutnya. MasyaAllah, indahnya. 

Semua objek yang kulihat di luar sana menggiringku untuk keluar dari penjara pemikiranku sendiri.  Seolah aku telah disadarkan dari hibernasiku yang panjang, bahwa ternyata selama ini aku masih sibuk dengan komponen diriku sendiri. Sibuk dengan perspekstif sendiri, ekspektasi sendiri, standarisasi sendiri, sehingga yang tampak dari luar adalah betapa dominannya aku dalam segala hal. 
Dan sikap dominan inilah yang menjadi penyebab hadirnya masalah di banyak sisi.

Akulah si paling peduli pada semuanya, hanya aku yang tau segala treatment terbaik. Padahal pada kenyataannya aku mengabaikan hal paling penting dari semua kepentingan yang ada. Mengabaikan orang-orang terdekatku, perasaan mereka, kebutuhan mereka. 
Dan kesibukan di alam pikiran ini membuatku selalu merasa sibuk, padahal aku belum melakukan apa-apa. Aku bahkan belum menginjakkan kaki di titik nol sebagai pijakan untuk memulai langkah. 

Ya Robb, sebegitu pentingnya "me time" Itu di hidupku. Ya, salah satu penyebab yang menggeser keseimbangan ini adalah karena aku kehilangan waktu untuk diriku sendiri. Lagi lagi soal diri sendiri. Tapi ya, apapun yang kulakukan saat ini tidak menghadirkan diriku yang sesungguhnya. Aku dan kekosongan diriku telah membuat gesekan di mana-mana, melukai siapapun yang berada di dekatku. 

Sungguh tak ada lagi sisa waktu dari 24 jam itu untukku. Bangun pagi, kerja, kerja, kerja, pulang di sore hari, kerja kerja, lalu tanpa kusadari akan kudapati diriku lagi bangun esok hari untuk bersiap bekerja kembali. 
Tak ada ruang hanya untuk sekedar berbincang dengan diri , mengevaluasi diri, lalu menstabilkan kembali semangat yang mulai turun.

Berharap tulisan ini menjadi titik awal aku melangkah untuk mencapai keseimbangan hidupku seperti dulu lagi. Agar aku tak banyak melukai. 
Tampaknya corona yang mewabah dua tahun lalu belum sepenuhnya mampu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sadari atau sadar diri saat sakit. Mengapa demikian? Karena masih banyak ditemukan orang-orang yang sakit-yang disebabkan virus- berseliweran di mana-mana tanpa masker, bahkan untuk sakit  kategori berat pun masih belum mau menahan diri untuk tidak keluar rumah sementara. Apakah jenis virus hanya corona saja? Bukankah masyarakat yang sudah teredukasi ini sudah mengetahui bahwa sangat banyak jenis virus di luar sana yang siap menyebar jika sikap sadari tadi tidak ada. 
Memang, tertular atau tidaknya kita oleh suatu penyakit adalah kehendak Allah. Namun, hal tersebut bukan berarti menafikan sebuah usaha untuk tetap memikirkan kemaslahatan bersama di atas ego sendiri. Wallahu a'lam

Selasa, 24 Oktober 2023

Ibu dan Harapan

Anak-anakku masih sangat kecil. Sehingga aku berharap memiliki umur panjang. Agar banyak waktuku untuk mengukir memori indah bersama mereka. Meski banyak juga salahku, tapi aku berusaha terus memperbaiki diri agar perasaan mereka tak tersakiti . 
Aku selalu takut, jika tak ada satupun kenangan manis di kepala mereka tentangku. Tersebab ketidaksempurnaanku, kelalaianku dalam amanah besar ini.  Sungguh aku takut jika aku cepat berpulang, dan mereka masih kecil. Hal baik apa yang sudah ku tanamkan di pikiran mereka, kenangan manis apa yang tersimpan erat di memori mereka tentang ibunya. Apakah nanti ketika mengingat kata ibu membuat mereka terharu dan bahagia? Atau mungkin sebaliknya, kata 'ibu' hanya mengundang luka di hati mereka karena dulu begitu banyak didera kekecewaan. 
Ya Allah, sungguh berat amanah ini. Banyak hal di dunia ini yang membelenggu seorang ibu dalam tugasnya. Banyak hal yang bisa merusak perasaannya. Sehingga ibu harus berjuang sedemikian rupa untuk menstabilkan dirinya, emosinya. Agar tetap waras, dan memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan kewarasan itu. Bukan dengan cara yang di luar nalar. 
***
Semoga para ibu memiliki umur panjang, dan bisa terus mengukir banyak kenangan manis, yang selamanya selalu tersimpan rapi di hati anak-anaknya.
Dan jika ibu cepat berpulang, semoga kelak ketika dewasa memori anak tetap bisa menjangkau kenangan itu, biar pun samar, tapi dengan rasa yang begitu kuat. Bahwa ibu sangat menyayangi dan mencintai sepenuh hatinya. Bahwa ibu menimang penuh cinta, menyusui, mengamankan dari segala bahaya, mengajarkan banyak hal baik di 100 hari pertama kehidupannya. Semoga **

Selasa, 15 Agustus 2023

Untuk Pagimu

Moms, harus disadari, tidaklah mungkin jika setiap hari di sepanjang bulan dan tahun yang kita lewati selalu berjalan dengan sempurna. Tidaklah mungkin setiap pagi di tiap hari kita selalu berakhir mulus tanpa hambatan dan halangan. Akan ada saatnya harapan tidak sesuai dengan kenyataan, ada usaha yang pada akhirnya tidak sebanding dengan hasil akhir yang diinginkan. 
Namun satu hal, dalam hal ini perlunya sikap menerima. Ya, menerima apapun yang terjadi. Karena dengan menerima kita bisa lebih tenang dan tidak dihantui oleh rasa kecewa yang bisa saja berujung pada sikap menyalahkan diri sendiri. Jelas itu tak baik untuk kesehatan mental kita sebagai ibu dan istri dalam keluarga. 
***
Moms, katanya, mood pagi bisa menjadi penentu bagus atau tidaknya mood kita di siang hari hingga petangnya. 
Aku punya trik bagaimana kita bisa sukses memperjuangkan  waktu pagi  agar mood kita bisa baik sepanjang hari. 
Moms, kita semua sama-sama tau, pagi adalah waktu sepak terjangnya para ibu dalam mempersiapkan segala kebutuhan keluarga. Mulai dari urusan perut;  memasak, menghidangkan, dan memasukkan bekal ke kotak bekal. Juga mempersiapkan pakaian suami dan anak-anak. Memandikan anak-anak. Dan aktifitas bersih-bersih yang juga tak bisa diabaikan agar ketika pulang bekerja suasana rumah sudah dalam keadaan nyaman menerima kedatangan kita yang super lelah. 
Nah moms, gimana caranya agar kita bisa me-manage semuanya dengan hati dan pikiran yang tenang tanpa dirusak oleh omelan dan segala rasa cemas karena semuanya harus tuntas dan kita sekeluarga bisa berangkat dan sampai di tujuan masing-masing tepat waktu. 
Tips dari aku, pertama; mulai dengan doa di waktu subuh yang mulia, agar apapun yang kita lalukan di hari dimudahkan Allah dan mendapatkan keberkahan dari-Nya. Kedua ; mulai aktifitas dengan bismillah lalu jalani step by step nya dengan tenang dan dengan manajemen waktu yang tepat. Tenang aja moms, jangan grasak grusuk di kejar waktu. Karena sejatinya waktu tidak mengejar kita, dia berjalan seperti biasa aja kok. Ketiga; buang jauh-jauh semua pikiran negatif (takut pekerjaan banyak yang ke-skip dan tidak selesai, takut terlambat dan lain sebagainya). Keempat; bagi keluarga mandiri, perlu bagi tugas dengan suami karena kita berdua adalah team. Sepakati pembagian tugasnya agar di paginya langsung ambil posisi untuk menghindari pergesekan. Kelima; jika ada kendala diluar dugaan seperti anak rewel dan lain-lain, hadapi dengan tenang, jangan sampai menguras emosi. Tarik nafas, lalu keluarkan. Jika gagal, emosi akhirnya kepancing juga. Ya sudah diam sejenak, lalu peluk anak dan minta maaf kepadanya. Kita tidak harus sempurnya moms. Tapi kita harus terus belajar. Keenam ; Terima hasil akhir dengan lega hati. Jika berakhir sempurna, jelas itu bonus yang diharapkan. Kalau ujungnya belepotan, ya udah terima saja dan jangan ngedumel di hati apalagi ke suami hehe. Bukankah semuanya adalah akhir dari sesuatu yang diusahakan sepenuh hati? Teruslah bersyukur atas anugerah di hari itu. Bahwa kita masih memiliki kemampuan mengusahakan kebaikan untuk keluarga yang dicintai. 
Ini betulan tips yang sudah kumulai. InsyaAllah pagi bisa dilalui dengan tenang, pikiran positif tanpa ada rasa cemas berlebihan. Semoga bermanfaat ya moms. Barakallahu fikunna.. 
***
Ternyata, sikap grasak grusuk atau tergesa gesa yang kita yakini bisa mempercepat langkah itu malah membuat waktu yang kita punya kian sempit lho moms. Ketergesaan itu beriringan dengan kecemasan yang membuat kita rentan membuat kesalahan. Sehingga waktu tersita untuk hal yang tidak bermanfaat. 
Tapi jika semuanya dikerjakan dengan tenang dan terus berpikiran positif, waktu yang kita punya terasa lapang dan panjang. Silakan dicoba...