Minggu, 19 Desember 2010

ketika calon pasangan hidup lepas dari genggaman


ketika calon pasangan hidup luput dari genggaman, cukuplah berkata,”Jika memang aku bukan bagian dari hidupnya, tak kan kubiarkan hati ini terbuai dalam keindahan fatamorgana semu. Dan jika kesempurnaannya bukan untukku, akan aku bawa jauh ia dari relung hatiku. Juga kuhapuskan harapan indah tentangnya. Aku luputkan ia dari ingatanku. Kemudian aku bersandar pada pemilik hidup untuk dipelihara dari kekecewaan. Serta mohon diberi kekuata
n untuk melontar bayangannya jauh ke dada langit. Semoga aku ridho terhadap apa-apa yang telah ditetapkan dan mendapat barokah atas apa-apa yang telah ditakdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang Allah tunda dan menunda apa-apa yang Allah segerakan. Semoga aku bisa bersabar dalam musibahku kali ini dan mendapat ganti yang lebih baik darinya.”
Maka, jangan menangis, karena qadha’ telah ditentukan, sesuatu yang ditaqdirkan telah terjadi, tinta telah mengering, lembaran telah dilipat, dan setiap perkara telah ditetapkan. Tangisan tidak akan menunda atau memajukan persoalan yang telah ditentukan, tidak juga mampu menambah atau mengurangi apa yang telah ditetapkan ukurannya.

Bangkitlah, karena tangisan itu bagaikan badai yang merusak cuaca, meluapkan air, mengubah warna langit dan merusak keindahan mawar yang sedang mekar di taman dengan senandung kicauan burung.
Kawan, sesungguhnya hidup ini terasa lebih indah memang tatkala kita selalu ingat Allah, walau berbagai masalah mendera sisi-sisi hidup kita. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah SWT semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar