Minggu, 19 Mei 2024

Membaca-mu

"Aku bisa membaca dirimu" Ucapku

"O ya?", kamu kelihatan bersemangat, namun sedikit heran. 

"Ya, tentu" Aku berusaha meyakinkanmu. 

Aku melihat deretan buku di rak-rak besar yang ditata rapi di salah satu sudut rumahmu. 
MasyaAllah, banyak sekali buku yang kamu punya. Aku merasa bersyukur punya kesempatan untuk meniliknya satu persatu. 

"Ku tengok ya," Sekali lagi aku memohon izin. 

"Tafadholi ya habitati, tapi yang di rak satu jangan dibaca-baca ya",  Ucapmu. 

" Oke, sipp"  Aku iya in saja, meskipun sebenarnya aku bertanya-tanya di hatiku terkait alasannya. 

Aku menuju rak pertama. Di sana kudapati jejeran novel percintaan, antologi cerpen dan puisi. Tak tau sejak kapan kamu nyicil beli ini semua, yang jelas buku tema ini banyak sekali. Di antaranya ada yang terjemahan juga. Judul-judulnya begitu menarik, memang pandailah penyair menggubah syairnya. 
Tapi melihat kamu yang sekarang, aku cukup kaget kalau ternyata kamu suka membaca karya fiksi seperti ini. 

" Itu dulu", katamu. Dulu sekali. Saat aku masih sangat muda. Liat aja tuh tahun pembelian yang selalu kucatat di halaman pertama. "

" Hihihi, aku tak bisa menahan tawa mendengarmu. Kamu membelinya ketika kamu sedang jatuh cinta yaaa? " Aku berniat menggodamu. 

" Mungkin, karena masa itu penuh dengan permainan rasa" Kamu kelihatan sedikit malu. 

Aku tak ingin terlalu lama membahas isi rak pertama. Aku pun beralih ke rak dua. Wow, Buku-buku motivasi dan pengembangan diri. Berada di rak ini membuatku merasa di surga. Karena aku suka sekali tema ini. 
"Keren! Bolehlah kupinjam kapan-kapan ya? "

" Boleh sekali," Katamu. Tapi, cerdas sebelum membaca itu penting ya. Jangan ditelan bulat-bulat. " 

Aku memberi isyarat oke dengan tanganku, pertanda aku memahami maksudmu. 

Aku agak kaget ketika berada di rak ketiga. Di sini penuh dengan buku-buku hadits, fiqih, siroh, dan buku motivasi islam dengan beragam judul pula. Aku merasakan hawa sejuk di sini. Kamu benar-benar berproses dan dari sini sepertinya kamu berhijrah. Aku semakin iri padamu. Itulah kenapa aku ingin berkunjung, berharap aku bisa mengambil sesuatu yang berharga dari kesholehanmu. 

Masih ada rak terakhir, yaitu rak ke empat. Tema buku di sini masih sama dengan rak sebelumnya. Masih buku-buku islam. Aku jadi tau betapa cintanya kamu pada ilmu syar'i. Meskipun hidup sederhana, tapi masih kamu sisihkan uang untuk membelinya. Kamu bilang, belajar itu dari kitab dan dipandu oleh guru dalam sebuah kajian. 
Sungguh penataanmu pada buku-buku ini baik sekali. Seolah menggambarkan perjalanan spiritual yang luar biasa. 

"Eh, kamu tau tidak. Sebenarnya aku ingin membakar buku-buku di rak pertama loh. " 

" Kenapa? Kan sayang" Di sini mungkin aku belum bisa menangkap maksud ucapanmu. 

" Ya, takut dosa jariah. Kalau ada yang baca, kan aku yang menanggung dosanya. "

" MasyaAllah, itulah kenapa kamu tadi mengatakan padaku untuk tidak membaca buku di rak pertama. Sebesar itu perhatianmu dalam menjaga diri. Aku saja tidak memikirkan hal itu. Aku jadi makin salut padamu. Tidak salah aku memilihmu sebagai teman. Semoga saja harumnya minyak wangi itu membuat pakaianku jadi wangi pula. 

" Aku masih membiarkan buku-buku itu karena aku ingin menghargai perjalananku. Menjadi pengingat bahwa jalanku menuju hari ini sangatlah panjang. Sepanjang deretan buku-buku itu. Sehingga aku bisa terus berupaya untuk terus memperbaiki diri di jalan ilahi. Jika anakku lahir nanti, aku benar-benar akan membakarnya. Atau jika aku mati sebelum masa itu, aku sudah mewasiatkan kepada suamiku untuk membakarnya nanti. 

Sungguh berharganya sebuah perjalanan bagimu. Dan aku setuju itu. Aku pun melanjutkan melihat buku-buku di rak terakhir dan meminjam satu buku yang kamu rekomendasikan untuk menemaniku memulai petualangan.* padang, 2024

Sabtu, 18 Mei 2024

Kipas Angin Tua

Aku mendekat dengan harap

Tapi kau tak lagi menoleh

Aku di sini, tapi kau menatapnya di sana

Dan juga, suara-suara ini begitu bising

Hingga kasih tak sampai

Panas terik memancar

Mengendap di sela persendian rumah

Malam serasa di tengah siang

Hawa panas, dada memanas

Keringat seakan enggan menguap

Lalu membanjir, mengalir tiada henti

Bukannya aku tak mengerti

Tapi tubuh ini hendak memuai

Meledak, pecah, subhanallah

Ingin kucari pengganti

Tapi kau sudah lama menemani


Padang, 2024








Kamis, 16 Mei 2024

Peta Menuju Pulang

Awal Untuk Akhir

Sebelum masa itu tiba, izinkan aku berlepas diri dari segala yang membelenggu
Rela dan berupaya mengikhlaskan, menerima semua ketentuan-Nya dan tidak akan menyesali apapun lagi. 
Memafkan masa lalu serta siapapun yang pernah menorehkan luka di lubuk paling dalam hati ini
Semua yang tertinggal di belakang adalah sebuah cerita yang tersimpan rapi dalam arsip memori di sepanjang jalan yang telah dilalui
Semuanya memberi arti bukan lagi menyakiti
Segalanya itu nikmat dan rahmat yang berkelimpahan
Tidak ada alasan untuk membenarkan keluhan dan tidak ada dalil yang mampu menafikan nikmatNya
 Bahwa sebenarnya Allah sayang, Allah tak pernah meninggalkan
Meskipun hidup masih penuh riskan, dibuai nafsu dan angan-angan
Harus sadar kemana hendak membawa diri, ke sana, ke jalan pulang yang diingini
Aku tidak tau apa yang Dia tulis untukku, sampai kapan aku memiliki kesempatan
Namun aku sadar kemana aku harus berpijak dan apa yang harus kujadikan pegangan agar tak jatuh bergelimang lumpur kubangan
Menetapkan titik darurat, dan mengetahui kapan harus memutar arah beberapa derajat
Mengenali musuh dan menyiapkan alat perang paling tangguh
Ikhlas karenaNya, mencinta ilmu untuk mendekatiNya, meraih hidayah paling tinggi untuk terus berada dalam naunganNya

***
Teman
Siapa itu teman
Siapa yang semestinya dijadikan teman
Semakin kesini, aku semakin tau apa itu teman dan pertemanan
Untuk menyelaminya sangat mudah namun butuh kejernihan hati
Butuh menjauh, dan melihat dari jauh
Butuh keluar agar bisa melihat dengan jelas
Ibaratkan CCTV yang merekam segala keadaan
Dari jauh, tetap memusatkan pendengaran
Mendengar suara-suara yang berkicauan
Dari semua yang terlihat, dari apa yang kudengar, dari apa yang kurasakan
Dari semua itu aku tau siapa temanku

***
Untukmu "al ghuraba'"

Kokoh dalam prinsip
Erat dalam buhul tali kekang

Tak butuh penilaian manusia
Dipandang aneh, sok alim tak mengapa

Hanya menikmati hidup dalam keterasingan

***
Kematian ; Bagaimana Aku Dikhatamkan

Kematian adalah gerbang pembuka menuju kehidupan yang abadi
Bolehkah aku bertanya tentang kematianku, Robbku? 
Bagaimanakah aku mati nanti? 
Apakah rekam jejakku di dunia sudah sesuai dengan tuntunanMu?  Karena sungguh aku ingin tersenyum lepas di garis finish nanti

Ya Robb, kuutarakan padaMu sebuah pengakuan
Bahwa ternyata hidup ini berat 
dan aku hanyalah anak kecil yang terlalu senang bermain  di hamparan duniaMu yang luas ini
Sering aku lupa diri, bermain terlalu jauh, jauh dari rumah 
Sehingga aku tak mendengar panggilanMu yang berulang kali Engkau serukan

Bagaimana aku mati nanti ya Robb? 
Akankah saat itu dosa-dosaku sudah dimaafkan? 
Apakah benar hanya Engkau satu-satunya di hatiku? 
Ya Robb, sungguh begitu berat hidup ini
Sehingga aku bolak balik mencari jalan kebenaran
Harus rajin membersihkan kaca mataku dari debu yang abu-abu
Seringkali aku salah, kukira kesenangan adalah kebenaran
Padahal kebenaran adalah kepayahan dan kepahitan
Jadi bagaimanakah keadaanku saat mati nanti ya Robb? 

Aku memohon padaMu untuk kematian yang indah
Jangan lepaskan dekapanMu
Jangan biarkan aku terlalu jauh bermain
Tuntunlah Aku sampai masa itu mendatangiku
Aku ingin melihat wajahMu sebagaimana rindunya kekasihMu menanti pertemuan itu
Aku merengek, meminta, memohon
Moga baik kematianku,  indah akhir ceritaku

Padang, 2024

Kamis, 02 Mei 2024

Cerdas Sebelum Membaca

"Berhati-hatilah dalam memilih buku bacaan, karena apa yang dibaca akan mengintervensi pikiran dan mendoktrin perilaku ." 
Jujur, sudah lama saya ingin menulis topik ini. Saya berharap kepada siapapun yang membaca bisa lebih selektif dalam menentukan sumber bacaannya. 
Menulis adalah sebuah cara untuk mentransfer ide dan pemahaman melalui proses berpikir yang panjang. Menganalisa data dan beragam variabel, merenungkan, berspekulasi, menarik kesimpulan dan menebarkan hasil pemikiran tersebut lewat media tulis. 
Sama seperti saat kita mengambil pendapat seseorang lewat ucapannya, kita tentu tak serta merta menerima saja apa yang dikatakan orang tersebut, semestinya kita harus melalui olah pikir terlebih dahulu. Apakah orang tersebut kompeten di bidangnya? Lantas apa latar belakangnya?  Atau adakah pemikirannya yang menyimpang dan keluar jalur? 
Sungguh untuk mengambil sebuah ilmu, sebuah himbauan " Unzhur ma qola, wa la tanzhur man Qola" (Lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan), rasanya tidak tepat diikuti. Apalagi dalam mengambil ilmu syar'i. Kita tidak bisa mengabaikan kondisi pribadi pembicara dan hanya fokus pada isi bicaranya saja. Kita butuh melihat kualitas si Pembicara. 
Untuk itu sesungguhnya dalam membaca butuh kecerdasan. Bukan sekedar ikut-ikutan membeli buku yang katanya best seller, lalu menikmati isinya dan menelan bulat-bulat semua konten di dalamnya tanpa penyaringan. Sungguh ini benar-benar akan menghancurkan. 
Kita bisa melihat betapa lihainya penulis merangkai kata dan menciptakan alur suasana cerita menjadi menarik,  sehingga pembaca menjadi buta dan tak lagi menyadari gagasan apa atau misi apa yang sesungguhnya sedang ditebar dalam tulisan tersebut. 
Untuk menghindari itu, mari kita belajar adab-adab membaca, yang sebenarnya sudah dituntunkan dalam syarahan kitab-kitab  para ulama. Salah satunya seperti kitab tauhid  "al utsul ats tsalatsah" Karya syaikh Muhammad at Tamimi. Di permulaan kitab  kita akan menemui sejarah singkat penulis. Mulai dari kelahiran hingga wafat. Dalam syarah kitab-kitab rujukan lain pun kita bisa menemui ini. Yang meliputi ; nasab, pendidikan, guru-guru mereka, hingga pengenalan terhadap seluruh karya tulis mereka yang fenomenal. 
Dari hal ini kita bisa mengambil ibrah yang besar, bahwa sebelum membaca sebuah buku atau bacaan apapun, sudah seharusnya kita mengenal dulu penulisnya. Karena itu bahagian dari Adab yang utama. Inilah salah satu cara menilai keshahihan pemikiran penulis sehingga bacaan tersebut layak kita baca. 
Terkadang untuk menilai bobot sebuah tulisan menjadi hal yang sangat subjektif dan sulit. Karena buku yang dibaca dan konten yang diserap akan memenuhi ruang kosong  yang memang sedang dibutuhkan pembaca saat itu. Jadi apapun yang dibaca bisa menjadi benar jika tak bisa memilah dan memilih. 
Saya cukup miris melihat remaja yang direcoki buku-buku minim nilai. Di usia mereka ini, sebenarnya adalah lahan yang sangat subur untuk meletakkan pondasi pemikiran yang benar dan tepat. Tapi sayang, mereka malah khusyuk dengan novel-novel bergenre romantis yang membuat pikiran jatuh melayang kepada lawan jenis yang tengah mereka sukai. Subhanallah, semoga Allah menyelamatkan mereka.
Seperti hidup, daftar bacaan pun punya riwayat dan tahapannya. Pergeseran minat dan kebutuhan akan merubah tema-tema bacaan. Ya, jika sudah begini, nikmati saja prosesnya. Semoga Allah selalu memberikan tuntunan. Wallahu a'lam. **padang, 2024