Kamis, 02 Mei 2024

Cerdas Sebelum Membaca

"Berhati-hatilah dalam memilih buku bacaan, karena apa yang dibaca akan mengintervensi pikiran dan mendoktrin perilaku ." 
Jujur, sudah lama saya ingin menulis topik ini. Saya berharap kepada siapapun yang membaca bisa lebih selektif dalam menentukan sumber bacaannya. 
Menulis adalah sebuah cara untuk mentransfer ide dan pemahaman melalui proses berpikir yang panjang. Menganalisa data dan beragam variabel, merenungkan, berspekulasi, menarik kesimpulan dan menebarkan hasil pemikiran tersebut lewat media tulis. 
Sama seperti saat kita mengambil pendapat seseorang lewat ucapannya, kita tentu tak serta merta menerima saja apa yang dikatakan orang tersebut, semestinya kita harus melalui olah pikir terlebih dahulu. Apakah orang tersebut kompeten di bidangnya? Lantas apa latar belakangnya?  Atau adakah pemikirannya yang menyimpang dan keluar jalur? 
Sungguh untuk mengambil sebuah ilmu, sebuah himbauan " Unzhur ma qola, wa la tanzhur man Qola" (Lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan), rasanya tidak tepat diikuti. Apalagi dalam mengambil ilmu syar'i. Kita tidak bisa mengabaikan kondisi pribadi pembicara dan hanya fokus pada isi bicaranya saja. Kita butuh melihat kualitas si Pembicara. 
Untuk itu sesungguhnya dalam membaca butuh kecerdasan. Bukan sekedar ikut-ikutan membeli buku yang katanya best seller, lalu menikmati isinya dan menelan bulat-bulat semua konten di dalamnya tanpa penyaringan. Sungguh ini benar-benar akan menghancurkan. 
Kita bisa melihat betapa lihainya penulis merangkai kata dan menciptakan alur suasana cerita menjadi menarik,  sehingga pembaca menjadi buta dan tak lagi menyadari gagasan apa atau misi apa yang sesungguhnya sedang ditebar dalam tulisan tersebut. 
Untuk menghindari itu, mari kita belajar adab-adab membaca, yang sebenarnya sudah dituntunkan dalam syarahan kitab-kitab  para ulama. Salah satunya seperti kitab tauhid  "al utsul ats tsalatsah" Karya syaikh Muhammad at Tamimi. Di permulaan kitab  kita akan menemui sejarah singkat penulis. Mulai dari kelahiran hingga wafat. Dalam syarah kitab-kitab rujukan lain pun kita bisa menemui ini. Yang meliputi ; nasab, pendidikan, guru-guru mereka, hingga pengenalan terhadap seluruh karya tulis mereka yang fenomenal. 
Dari hal ini kita bisa mengambil ibrah yang besar, bahwa sebelum membaca sebuah buku atau bacaan apapun, sudah seharusnya kita mengenal dulu penulisnya. Karena itu bahagian dari Adab yang utama. Inilah salah satu cara menilai keshahihan pemikiran penulis sehingga bacaan tersebut layak kita baca. 
Terkadang untuk menilai bobot sebuah tulisan menjadi hal yang sangat subjektif dan sulit. Karena buku yang dibaca dan konten yang diserap akan memenuhi ruang kosong  yang memang sedang dibutuhkan pembaca saat itu. Jadi apapun yang dibaca bisa menjadi benar jika tak bisa memilah dan memilih. 
Saya cukup miris melihat remaja yang direcoki buku-buku minim nilai. Di usia mereka ini, sebenarnya adalah lahan yang sangat subur untuk meletakkan pondasi pemikiran yang benar dan tepat. Tapi sayang, mereka malah khusyuk dengan novel-novel bergenre romantis yang membuat pikiran jatuh melayang kepada lawan jenis yang tengah mereka sukai. Subhanallah, semoga Allah menyelamatkan mereka.
Seperti hidup, daftar bacaan pun punya riwayat dan tahapannya. Pergeseran minat dan kebutuhan akan merubah tema-tema bacaan. Ya, jika sudah begini, nikmati saja prosesnya. Semoga Allah selalu memberikan tuntunan. Wallahu a'lam. **padang, 2024


Tidak ada komentar:

Posting Komentar