Infeksi varicella sudah berjalan sepekan di area rumahku. Orang pertama yang terinfeksi adalah si sulung. Sepertinya ketularan dari teman sekelas yang sebelumnya menderita penyakit serupa. Di beberapa hari pertama, pikiranku menjadi sangat terganggu. Banyak kecemasan yang bermunculan di kepala. Kenapa? Karena wali kelas si sulung mengatakan bahwa pekan ini adalah pekan tes sumatif, dan beberapa hari lagi ujian tengah semester pun akan dimulai. Selain itu bagaimana menjaga anak tengah dan sibungsu agar ga ketularan sedangkan mereka biasa bermain bersama, dan kalau akhirnya ketularan gimana ngadepinnya, serta ada perasaan ga enak ke atasan karena aku pasti bakal libur kerja dalam waktu yang panjang. Subhanallah, semua itu bersarang di kepalaku setiap waktu.
Tapi sekarang isi otakku sudah mulai rapih lagi. Hari demi hari kucoba menata pikiran. Mengklasifikasikan masalah dari yang paling darurat hingga ringan, sehingga aku tau mana yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu, aku pun bisa menuntaskan masalah satu persatu dengan lebih ringan. Kemudian perlunya sikap "acceptance" Atau menerima keadaan yang menimpa. Bahwa ini takdir, dan tidak boleh ada penolakan atau pertanyaan. Sehingga aku bisa secara jernih memaksimalkan usaha preventif dan kuratifnya. Setelah itu kuberserah pada Allah apapun yang terjadi itu terjadi atas kuasa dan kehendakNya. Dan aku akan menjalani saja dengan segala kekuatan diri yang kupunya.
Di saat tulisan ini kutulis, anak tengahku akhirnya terinfeksi dari abangnya. Suamiku juga, karena saat cacar air datang ke rumah, suami dalam keadaan sakit dan imun beliau sedang lemah, jadi dengan mudahnya virus itu menjangkiti. Tersisa aku dan sibungsu. Aku terus berbicara pada diriku sendiri bahwa aku harus kuat. Setiap waktu kukatakan bahwa aku kuat. Semoga Allah mengijabah harapanku sehingga aku bisa menjadi tameng keluarga sementara ketika suami terbaring lemah.
Aku menerima, karena aku sudah berusaha. Beberapa saran dari teman-teman sudah kulakukan semampuku. Pisah kamar, booster imun, konsumsi banyak protein, menghindari kontak fisik dan lain sebagainya. Tapi apa daya, beberapa dari kami terinfeksi juga. Aku menerima karena sakit tidak selalu menjadi musibah, bahkan di saat sekelilingku sakit aku menjadi lebih banyak bersyukur karena begitu banyak kemudahan yang Allah berikan di balik kesusahan yang kuterima.
Banyak chat dari kawan yang bertanya, kemarin udah kena cacar, kok bisa kena lagi sih? Sekali lagi kujawab. Waktu konsultasi ke dokter saat infeksi cacar dua bulan lalu aku sudah menanyakan hal ini ke dokter, apakah kita bisa terinfeksi dua kali? Dan dokter menjawab, bisa. Jika imun tubuh sedang menurun maka virus cacar bisa menyerang untuk kedua kalinya.
Apakah ini karena anak-anakku tidak diimunisasi? Tidak juga, karena aku dulu imunisasi cacar, tapi kena cacar juga. Suamiku pun imunisasi, tapi kena juga. Yang kutau dari dokter saat aku dan suami menolak pemberian imunisasi kepada anak kami ; imunisasi tidak membuat kita kebal virus, tapi meringankan efek serangan virus. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar