Jumat, 04 November 2011

Meraih Kemerdekaan Diri


Adakah kawan seperti saya di masa lalu? Saya harap tidak, karena saya tak mau kawan kehilangan kemerdekaan diri seperti saya.



Beberapa tahun lalu, saya tiba-tiba menjadi tertutup dalam hubungan pertemanan. Lingkungan, kisah masa lalu, serta dorongan naluri membuat saya selalu membatasi diri untuk berteman dengan orang baru. Kalau pun punya teman, saya harus memilih dulu. Saya adakan masa percobaan, jika mereka baik MENURUT SAYA, yok welcome. Kita berteman.
Jika tidak, ya saya akan menjauh dengan sendirinya.



Namun bukan berarti saya sombong, ini hanyalah bentuk dari ketakutan saya terhadap rasa kecewa yang ditimbulkan teman. Tambah lagi, karena saya telah sangat nyaman dg teman dan sahabat saya yang lama. Sahabat yang memang telah lama saya kenal. Semenjak saya SD, MTsN, dan MAN. Hanya merekalah yang baik di mata saya. Saya tak menemukan teman sebaik mereka hingga kini. Mereka adalah saudara yang amat saya cintai. Karena itulah, saya jadi membatasi diri terhadap orang baru.



Pembatasan ini tak terkecuali juga terhadap teman laki-laki. Ini yang paling parah. Di kampus saya sampai di bilang perempuan tertutup. Mereka tak berani mendekati saya walau hanya untuk bertukar pikiran. Bagaimana tidak, saya bersikap seperti selalu ingin menjauhi mereka. bahkan belakangan ini saya ketahui, ada teman lelaki yang memandang bahwa selama ini saya marah dengannya. Ckckck. saya merasa telah menjadi perempuan kaku.



Tapi bukan berarti saya tak mempunyai teman atau sahabat lelaki yang saya bisa berkomunikasi dengan baik dengnnya. Saya pun punya. sama seperti teman perempuan. Teman lelaki saya pun berasal dari teman lama. Teman semasa MAN. Mereka sudah bagaikan saudara bagi saya. mereka yang memang sudah terpilih. mereka yang memang sudah bisa saya berikan kepercayaan.



Sedangkan yang lain, saya tak ingin kenal. Tak mau berkomunikasi. Tak ingin. Sampai-sampai saya pernah menghapus teman lelaki dari kontak hp dan facebook saya. tindakan yang ekstrim bukan?

Ya, sebenarnya sikap ini juga dipengaruhi oleh sempitnya pemahaman agama saya. Sehingga saya berfikir bahwa hubungan dengan lawan jenis mesti ditutup rapat. saya tidak membolehkan diri saya untuk dekat, walau sejengkal sekalipun.





Tapi, belakangan ini saya sadar. Betapa tindakan ini hanya menghalangi saya untuk bertemu orang-orang hebat. Saya benar-benar kehilangan kesempatan untuk meraih ilmu serta pengalaman melalui teman-teman yang luar biasa.

seperti yang pernah diingatkan salah seorang sahabat saya, " itu hanya akan membuatmu kehilangan link-link orang hebat upa" dia menasehatiku sambil geleng-geleng kepala.





Sekarang, saya telah melepaskan tali kekang yang dulu saya ciptakan. saya bebas, saya merasa sagat lepas. saya merasa telah keluar dari tempat yang senyap dan bisa menghirup udara bebas sepuasnya.



Bagi saya sekarang, Silakanlah bereaksi, namun jangan sampai melebur.

Bertemanlah dg siapa saja, tapi tetap harus punya benteng diri. itu jelas, karena agama pun memberikan kita jalur-jalur itu buat kita.



Buat kawan-kawanku, yok, Mari lepaskan dirimu dari kepiran pemikiran yang sempit.. Karena ini dapat membantumu meraih kemerdekaan dirimu yg sesungguhnya.. Percayalah..



Rumahku surgaku, 4 november 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar