Rabu, 14 November 2012

Dia, Anakku

Dan subuh ini, aku tak melihatnya lagi.
masih terngiang tangis yang tak mampu ia tahan. di hadapanku, di dekatku. membuat kerongkonganku ikut tersekat. ia benar menangis, meski ia lelaki. dan kupikir, ketika lelaki menangis, itu karena ia berada dalam kondisi amat terpuruk. memang, ia mungkin begitu muda untuk mengalami hal-hal yang tak sepatutnya ia alami. Sehingga ia linglung, pupus, serta hilang arah dalam melangkah. bahkan sudah beberapa kali ia coba untuk bunuh diri. miris sekali. pola pikir serta kedewasaan yang belum sempurna membuatnya benar seolah tak tertuntun.

kemarin siang, aku melihat site'nya pada sebuah situs jejaring sosial,
"kapan aku akan tobat?"
benar, ia memang telah berpikir. ia sadar. tapi bagaimana ia akan tetap waras dalam sikapnya, jika posisi mentalnya berada dalam jurang?
ia butuh disayang, butuh dibuat bangga. di sini, tetap di sini. harusnya..




In subconscious mind

inilah seuntai kalimat yang hatiku ucapkan ketika terbangun pagi ini,
" terima kasih atas kedatanganmu pada pikiran bawah sadarku, kunantikan ini sekian lama untuk membuat harapan-harapan itu nyata"

umm, betapa bahagianya aku, kurasakan waktu itu telah dekat..



Selasa, 13 November 2012

Naluriku tetap mengatakan, ini tak adil.
tak adil untuk dia...


#sungguh aku dapat merasakan pedih, sebagaimana yang ia rasakan#

Jumat, 09 November 2012

tersesat dalam dosa

Ya Allah,
tunjukkan jalanku, masihkah kau dengarkanku
sekian lama kuarungi gelap ini
tak pernah kumengingatimu

dimana kini kuberada
hampa tiada daya
aku ingin kembali
sungguh ingin kembali

andai saja diriku
dapat mengulang kembali waktu
mungkinku takkan tersesat seperti ini
air mata ini, sanggupkah hapus segala dosa
sujudku mohon ampuni sgala salahku..

Kamis, 08 November 2012

simphony balok es

"aku ingin tidur di balok es,
di luar  terlalu dingin," kataku.




SCREAMO

#scream, tertawan, I #

pergilah ke dunia baru! di mana tak seorang pun dapat membaca matamu dan mereka isi hatimu. di sini terlalu menyakitkan bukan? terlalu sering aku melihatmu menangis. merah, kuning, jingga sudah terlanjur melapuh disengai mentari siang yang tengik.tak perlu kau bertahan dengan kata hatimu yang telah dipengaruhi gulita. lupakan saja aku beserta ingatan tentang perjalanan sepasang jarum jam yang telah mengurai lara-lara di hatimu.

# prasangka, temali putus #


semenjak pertarungan kau agungkan, aku sudah tau, kau labuhkan sebuah isyarat teruntuk jiwajiwa yang sedang redup. tangan mereka berusaha menggapai langit, namun tak sampai. hanyalah setitik, setitik, setitik harapan yang sesekali mengerlip di sela gundah yang meresah, itu.

#prasangka, dalam bingkai#

oh tuhan, ini benarkah sebuah takdir? hingga detik ini hatiku, dengan susah payah, masih membingkai harapan-harapan yang sudah Kau perjanjikan. 
tangisan ini masih punya arti, Tuhan. demikian ia memberitahukan apa saja yang ada dalam perbaikan.

Selasa, 06 November 2012

Curhat-Curhat Asyik

dear diary..
Umm, sepertinya saya butuh me-recall kembali nih ilmu-ilmu yang sudah lama tidak tersentuh. dua minggu yang lalu salah seorang santri putri meminta saya untuk mengajar seni baca al-qur'an. saya kaget. duh gimana nih? saya sudah lama sekali tidak latihan. tapi jika ditolak, tak enak pula rasanya. 

pada akhirnya permintaan itu saya terima. saya coba buka kembali ayat-ayat yang dahulu pernah menjadi objek latihan saya. saya ingat-ingat kembali iramanya. syukurlah saya belum lupa. tapi kendala yang saya rasakan sekarang adalah sulitnya mengangkat suara. jika nadanya tinggi suara saya akan pecah. maka menjadi sumbanglah iramanya. tapi saya tak mau menyerah ah, kasihan anak-anak. animo mereka sangat tinggi. saya tidak mau membuat mereka kecewa. 

* insya Allah pasti bisa*







Celoteh Mereka

"Zah, finy tadi buat cepen lho zah, coba deh ustadzah baca." 

"Zah, aya udah buat juga zah, tapi belum aya siapin lagi, nanti liat ya zah"

"Zah, dila mau buat novel zah, dari SD dila udah pengen kali buat novel, nanti kasih tau dila ya zah apa aja unsur-unsur novel itu."

" Zah, waktu nadia SD, nadia pernah buat cerpen zah, mau dikirim ke media tapi ndak jadi."

Hmm, daku jadi senang mendengar celoteh mereka, sepertinya mereka memang berbakat. baiklah, tenang anak-anak, nanti kita belajar bersama ya.......


MENIKMATI HIDUP

Tak ada lagi yang perlu diresahkan, hidup untuk dijalani, dinikmati, dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Terlebih lagi akan masanya yang hanya sebentar, tidaklah layak untuk disia-siakan.

Saat ini, saya nikmati saja segalanya. Pekerjaan dan proses belajar yang kini saya lakukan secara mandiri. Pada akhirnya saya sadar dan tau jua akan kekurangan saya, bahwa suatu pekerjaan tidak hanya bertolak pada hasil akhir, tercapai atau tidaknya tujuan. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah sebuah proses dan juga keringanan hati dalam menjiwai tahap demi tahap dalam proses itu.

Jujur, saya sempat turun semangat. Bekerja rangkap tiga sekaligus, sebagai guru, tata usaha, juga pembina asrama putri di sebuah pondok pesantren, mulanya terasa demikian berat. Dalam pikiran saya, saya harus bisa begini, saya harus bisa begitu, pokoknya kemampuan yang saya miliki mesti sempurna seperti yang dibutuhkan, agar apa yang menjadi tujuan bisa tercapai dengan baik. Tapi hasil yang saya dapatkan bagaimana? Pekerjaan yang saya lakukan terasa dipaksakan. Jika saja terdapat kesalahan, otomatis rasa stress langsung menyerang.

Saya tidak mau lagi begini, sekarang saya nikmati proses itu. Jika terdapat salah, biarkanlah. bukankah itu menjadi peluang untuk belajar lebih banyak. Lagian tidak ada yang marah. Malah mereka mensuport agar tak patah semangat. Cukup senang-lah dengan reka-rekan kerja yang pengertian.

Munculnya Cikal Bakal Penulis Masa Depan

Setelah saya amati, ternyata anak-anak saya banyak yang suka menulis. mulai dari puisi, cerpen, sampai cerita nonfiksi yang beranjak dari pengalaman pribadi mereka sendiri. Meskipun singkat, tapi kalimat demi kalimat yang mereka rangkai sudah lumayan baik. wah, saya pikir ini akan sangat bagus jika terus disokong dan dilatih.

Bakat mereka ini saya ketahui pertama kali saat razia diary. Tulisannya bagus-bagus. Nah, yang seperti ini nih, yang  nantinya akan menjadi cikal bakal seorang penulis. Layaknya saya dahulu, memulai dunia tulis berawal dari buku pribadi seperti diary.
Menyikapi hal ini, saya sudah mengusulkan kepada mereka (khususnya kelas satu yang menjadi binaan saya) untuk mengadakan diskusi karya tulis setiap sabtu siang bagi yang berminat. Saya sudah meminta masing-masing mereka untuk membuat satu karya tulis. Yah semoga berhasil, nak. Kita akan mulai minggu besok.

Senin, 05 November 2012

Curhat-Curhat Asyik

Dear diary,
Hari ini aku bahagia sekali. Anak-anakku yang dulu bawel, rewel, dan manja, kini perlahan sudah mulai bisa diatur. Aku tak perlu lagi cerewet dan berkoar-koar ribuan kali untuk sekedar menyuruh mereka membersihkan kasur, menyapu ruangan asrama, serta menyusun tumpukan sepatu yang tergeletak tak beraturan setelah merek pakai.

Memang betul ya, untuk menghadapi anak remaja seusia 12,13, tahun kita harus mampu membawa diri ke dalam dunia mereka. tak ada salahnya kan kita ikuti saja segala celoteh yang mereka utarakan? Toh, kita bisa terhibur juga olehnya.

Untuk merangkul mereka dalam dekapan kita, kupikir seorang pembimbing tak perlu mengedepankan gengsi, membuat garis batas ketika bergaul dengan mereka. Sudah hampir dua bulan saya berada di antara anak-anak, mulanya tentu masanya saya untuk beradaptasi. Hingga hari berganti hari, dan saya pun mulai merasa nyaman bersama mereka. kami bernasyid bersama, ketawa ketiwi bersama, saling bercerita, dan bahkan kita bergelut menandakan saya ingin menjadi sahabat mereka.

Love you all,
*Bubund, teteh, adek, zeze, elok, ayang, oma, titi, uci, mimi, mbak, pute, uncu, devina, caca*
Hihi, itu panggilan sayang untuk mereka lho...