Rabu, 13 Februari 2013

THE KANGKUNGTER’S MEMORY



I miss you so badly sista…

Hanya kalimat itu yang bisa kukirimkan pada kedua sahabat kentalku atha dan idel saat ini. Sambil nangis-nangis, meraung-raung, dan, “SENT”  pesanku pun terkirim.

Setelah aku and idel wisuda, kehidupan kami bertiga jadi berpencar. terpisah oleh  jarak dan waktu yang membentang luas. Atha masih sibuk dengan urusan skripsweetnya yang belum kelar, idel udah terbang jauh ke kampungnya di darmasraya sana ( ujung sumbar, dekat propinsi Jambi). Sedang aku, terdampar di sebuah kampung “lubuk pandan” dekat pariaman, di mana aku nge-job saat ini. 

Tapi whatever-lah ya, jarak mah ga penting asal komunikasi lancar. Dari kejauhan aku masih bisa ngobrol dengan atha dan idel. Aku masih bisa menyemangati atha yang lagi sibuk bikin skripsi. Masih bisa denger curhatnya idel tentang si candil. Masih bisa denger cuap-cuapnya atha tentang si mister “ M”. Dan aku masih bisa ngiseng, sambil berkata, “gue lagi mellow nih”

Ngomong-ngomong mengenai the kangkungter bersaudara, itu idenya darimana ya? Yuk mari, akan kuceritakan sedikit..

sahabatku atha paling hobi ngedit photo, sampai-sampai dia punya mimpi gitu buat punya gallery photo studio. Nah, suatu ketika timbullah keisengan dia buat ngedit photo kita bertiga. Serius! Photo kita dibuat ancur. Masa? Kita yang tiga-tiganya pakai jilbab ditambahin wig rambut di kepala. Trus di bawah photo itu dia bikin tulisan. Mau tau ga apa? Itulah dia “the kangkungter bersaudara”.

umm.. Sahabatku emang paling komplit deh. Kalau si atha, cool-cool gimana ya. Sekilas mirip artis korea gitu. Tapi maap ya tha, dari samping doang. Hehe. Dia kelihatannya kalem, tapi coba kalau sama kita-kita and geng manggarebehnya di kampus. Dijamin gokil abis tuh dia. Dia hobi nulis juga, sama kayak aku. Kita pernah ngimpi jadi penulis waktu kita masih sekolah di MAN /MAKN Kotobaru Padang Panjang. Tapi, entah kenapa selalu aja ga pedean banget kalau tulisannya aku baca. Tapi ada yang beda akhir-akhir ini, setelah blognya disulap jadi bagus oleh si afwan (salah satu temen MAN kami yang lagi kuliah di mesir) dia jadi rajin nulis, dan mulai pede. Syukurlah, dia masih ingat sama impian kita berdua. Trus kecendrungan yang ada dari dirinya adalah, NARSIS ABIEZ. Dimana-mana pasti ngodak. Jeprat-jepret. Dan di waktu libur, di rumahnya, dia bakal menyiapkan dirinya jadi model yang potografernya dia sendiri. cerius. Narsis bener. Tapi aku nyadar kalau sahabatku itu emang kreatif sih. hehe. Trus satu lagi, si atha hobi banget ngedit photo seperti yang udah kusinggung di atas tadi. Dan hasilnya keren. Kuakui, you’re profesional girl. Suatu ketika pernah aku neyeletuk ke dia, “lu kayaknya salah milih jurusan deh tha” hmmm...  kalau bicara cinta. Si atha mah populer. Banyak yang suka sama dia. Secara dia cantik. Putih lagi. Tapi ya itu, dia masih saja terpenjara sama cinta masa lalunya. Peace tha. trus kalau bicara soal idola, si atha suka amat sama yang namanya suju alis super junior. Sumpah suju cholic banget. Sampai-sampai mimpi ketemu salah satu member. Parah. Kalau mau tau seberapa parahnya, coba aja obrak-abrik notebooknya, dijamin ketemu file suju dimana-mana deh. aku mah geleng-geleng aja. ckckck

Lanjut ke idel. Dia cantik juga. Seringkali tuh ngadain lomba kecantikan sama si atha. Dia juga Modis. Di antara kami bertiga idel-lah yang paling fashionable. Buktinya, bajunya keren, trendy, ala masa kini. Trus rapi dan bersih. Miss clean banget deh. Rajin nyuci baju, rajin nyetrika. Coba deh liat lemarinya, rapi banget. Ga kayak aku dan atha. Berantakan abiz. Makanya kami sering diomelin. Hehe. Kalau dulu, waktu aku masih satu kos dengan dia, dia paling hobi ngomel soal kebersihan. Secara anak-anak kos pada berantakan dan malas piket. yah, meski suka ngomel dan nyerocos gak tentu, idel orangnya lucu. Mau tau ga semboyan apa yang cocok buat idel? Ini nih, GA ADA LOE GA RAME. Idel adalah makhluk paling lucu di antara kami. Setiap waktu ada aja kosakata baru ala dia yang bikin kami ngakak. Setelah kita tamat dan dia pulang kampong, aku dan atha langsung deh ngerasa sepi. Soalnya idel udah ga ada lagi di deket kami. Huft, sedihnya. T.T

Kalau aku? Gimana ya. Hmm,susah ya ceritain diri sendiri. Hmm, aku tu orangnya serius. Suka ngambek, suka cerita-cerita. Mungkin kalau aku hitung ya, gak bakal bisa dihitung deh, berapa kalinya aku curhat ke atha dan idel. Tapi meskipun begitu, mereka ga pernah ngeluh dengar cerita-ceritaku yang paling itu itu aja. Thanks ya beib! Aku tu paling sering cekcok dengan idel, si atha mah paling ga sensi. Masa bodo aja semuanya. Beda dengan aku yang perasa. hmm.. tampilanku pun biasa dan konsisten dari dulu sampai sekarang. insyaAllah... semoga aku tak lepas diselimuti oleh hidayahnya Allah. amiin.

hmm, Kita bertiga udah sahabatan lama lho, semenjak kita masih berada di kampus 1001 kenangan “MAN/MAKN Kotobaru Padang Panjang” jadi kita udah hapal betul dengan tabiat masing-masing. Kalau ada cekcok, paling cuma bentaran doang. Setelah itu, kompak lagi deh.

Kita juga punya panggilan lucu. Kalau ane suka dipanggil ucil, secara aku kan masih kecil dan babyface gitu(haha, ga banget). Kalau si atha suka dipanggil tatak/tado. Nah kalau si idel suka dipanggil kukud. Kalau panggilan manja kami, aku upha, tata atha, dan idel tetap idel.

Kita-kita suka apa ya?

Pertama, suka jalan ke pasar sekedar cuci mata. Trus tak lupa makan pangsit favorit kita, atau sate KMS yang nyummy, atau belakangan jadi suka makan pecel lele deket sari anggrek.
Kedua, kita suka photo bareng, gila-gilaan bareng (lipsing yang direkam pakai laptop) Buktinya kita punya banyak photo gokil dan rekaman lucu.
Ketiga, kita suka keluar malam. Bukan kelayapan lho. Tapi suka makan bakso “mpok atik” di anduring. Trus pernah juga kita kehujanan waktu mau balik ke kos, sepayung bertiga deh, sambil ngidupin backsound audio lagu korea yang romantic. So sweet kan. Dan banyak lagi deh yang suka kita lakuin bersama. 

Ideeel, semoga cepet dapat job ye… ane doain deh tiap sholat tahajud…
Atha, bentar lagi lu kan mau graduation tuh, jangan lupa traktir ya. Trus moga cepet dapat job juga sehabis wisuda.

*I dedicate to my beloved friend, ever lasting forever”
MIFTAH CHAIRANI DAN DELITA SARI

BUTIRAN DEBU


Katanya, keterpurukan mampu diubah menjadi  energi yang luar biasa jika power kebijaksanaan diaktifkan. Katanya, roda kegagalan mampu diputar menjadi kesuksesan melalui usaha, ketekunan, dan kedisiplinan. Katanya penderitaan akan berlalu indah jika dinikmati dengan penuh kesabaran. Katanya, dan aku pun sebenarnya percaya itu!

Dan, “katanya” itulah yang selalu memicu semangatku untuk berubah, mencoba dan selalu mencoba untuk bangkit dari kegagalan. Menjadikan keterpurukan sebagai batu loncatan menuju sukses yang gemilang. Aku rela mempertaruhkan diriku bertarung dengan dirinya sendiri selama bertahun-tahun agar nantinya tecipta keselarasan antara logika dan perasaan. Bertahun-tahun pula aku berusaha membuka mata agar mampu melihat dunia serta mampu membedakan mana khayal dan mana kenyataan. Selama itu, kupikir hidupku hanya untuk itu, yaitu bangkit.

* * *
Aku sungguh tidak percaya! Selama ini aku selalu memandang sinis pada orang-orang yang dibutakan oleh cinta. “terlalu klise!” begitu menurutku. Mereka yang rela menggantung diri ke tiang gantungan untuk membunuh diri mereka sendiri, mereka yang sampai hilang kendali hingga berani memotong urat nadi demi mengakhiri sebuah masalah yang menurut mereka takkan mampu terpecahkan. Mereka yang menjadi gila dan tak waras hingga tertawa-tawa dan menangis sendiri di jalanan seraya menyebut-nyebut nama kekasihnya. Ya, itulah mereka. mereka itu buta. Dan.

“ Aku, kini aku juga buta.”

Seiring waktu berlalu. Mulailah aku mengenal dan diperkenalkan kepada sang cinta. Aku terlau haru mengharu biru. Bertabuh-tabuh di hatiku. Langit kelabu seketika menjadi merah jambu. Tak ada yang tau kuncup-kuncup bunga telah  bertumbuh di hatiku yang pemalu. hingga bunga-bunga itu bermekaran, hingga cinta mampu mengubahku menjadi gadis berani. Mengenalnya, berceritera dengannya, bercanda dengannya, membuatku sungguh lupa segalanya. Tanpa kusadar sinisme-ku dahulu kini dipanahkan pada diriku sendiri.
aku heran, dan selalu menanyakan kepada Tuhan. Mengapa aku ditakdirkan mengenal lelaki yang salah saat pertama kalinya aku mulai merasakan sari madu cinta?

            Ya, kurasa aku tak mampu melukiskan segala beban dan penderitaan yang kualami dalam tulisan ini. aku telah lama membuangnya jauh.  Sebagian telah kulempar  ke dasar jurang terdalam di muka bumi, sebagian yang lain telah kumasukkan ke dalam puncak gunung berapi biar hangus terbakar . Dan aku tidak mungkin mengambil serta menyuguhkannya kembali di sini. Sekarang yang tersisa padaku hanyalah butiran-butiran rasa sakit yang belum sepenuhnya mampu kutawari dengan kesabaran dan kemaafan.

* * *

            Bukannya berlebihan, tapi begitulah adanya, bahwa aku sempat mengalami kejatuhan yang demikian parah. Hingga merasa tak mampu mengendalikan diriku sendiri. Hilang arah, hilang panduan, hilang semuanya kurasa. Pada saat itu, aku hanya berpikir, “saat ini telah kutemui titik nadirku. Aku akan mati perlahan dengan cara yang mengenaskan.” 

Mungkin tiada yang tau  parahnya aku saat itu, termasuk sahabat dan orang tuaku. Mereka-secara otomatis- seperti beralih ke posisi dahulu, menantapku dengan sinisme yang tinggi. Seolah mencibirku dengan mengatakan, “ masa masalah itu saja dipikirkan? Lupakan saja dia, dan nanti kamu pasti akan menemui seseorang yang tepat dan lebih baik dari dia.” Ya, kuakui mereka mengatakan hal yang benar, tapi untuk posisiku yang tengah di ujung tanduk, sikap care yang seperti itu sangat amat tidak tepat menurutku. 

“Baiklah, akan kutemukan caraku sendiri!”

Kubalaskan dendamku dengan berbagai cara. Menangis. Menyibukkan diri dengan hal-hal positif. Dan lain sebagainya. Hasilnya? Wow, luar biasa. Sepertinya Tuhan memang sengaja mengajariku dengan cara yang ganas ini. Agar aku menjadi hambanya yang kuat lagi tahan banting. 

Tapi ada satu hal yang sedikit membuatku terganggu. Oke, sekarang aku sudah bisa jauh dari rasa cinta dan benci terhadap lelaki itu. Oke, aku sudah melewati masa kritis dalam hidupku. Oke, aku sudah bisa menjalani hari-hari dengan normal lagi. Tapi kok, kadangkala, dia muncul lagi sih dalam benakku. Gambarnya hilang timbul ibarat televisi kurang signal. Berkali-kali juga kukoarkan kalimat ini ke dalam hatiku, “Memaafkan bukan berarti melupakan seutuhnya, upa” bahkan kuulangi membaca kalimat itu sampai aku lelah. Tapi ya, butuh waktu lama sepertinya dimana aku bener-bener free dari namanya. I still waiting for that time.



Curhat-Curhat Asyik Edisi Dua Ribu Tiga Belas




Aku masih mempercayai" kekuatan mimpi". Meski semua jalan yang kutempuh di sepanjang episod hidup ini tak begitu sinkron dengan mimpi-mimpi besar yang pernah kulukis, kurasa. Ketika aku menginginkan jalan ke timur, aku malah terdampar di pantai barat. Saat aku berharap memetik bintang, aku malah kehilangan sayap untuk terbang.

Apa mimpi-mimpiku salah? Atau mimpi itu tak sesuai denganku? Atau memang aku harus melewati jalan ini dan itu dulu sebelum mimpi itu diNYATAKan?

Entahlah! aku amat bingung dan bimbang. Kadang aku bergumam pada hatiku sendiri, " Mimpiku diridhoi tidak ya sama Tuhan?"

Namun,
Masih ada satu yang terus berbinar, yang membuatku merasa punya peluang, yaitu HARAPAN. Semoga ia dapat bersinergi dengan doa-doa untuk menciptakan serta melejitkan kekuatan sabar dan daya juang. Hingga akhirnya, keajaiban datang dan aku dapat menemui titik temu menuju pusat impianku.


Pondok Series- Before 7


Hmm. Enam bulan pun berlalu. Dalam jangka waktu yang cukup singkat tersebut, sudah dua pondok pula yang aku kelanai. Rasanya nikmat sekali. Banyak pengalaman yang kudapatkan. Mulai dari serba serbi suasana pondok, rekan kerja, dan yang lebih utama dari itu adalah keindahan menikmati tabiat para santri yang mempunyai ragam warna. Dulu, pikiran awamku mengatakan bahwa setiap pondok sama saja. tapi ternyata tak sepenuhnya benar. banyak kutemui perbedaan karakter masing-masing pondok. Bahkan tujuan/ output yang diinginkan tiap-tiap pondok itupun berbeda. Ya, hal itu terang saja benar. Salah satu penyebabnya adalah tipe pepimpin, beda pemimpin akan beda pula cara dia memimpin dan tentunya akan berbeda pula hasil yang dia pimpin.

Tapi di sini, aku tidak sedang ingin menceritakan karakter pondok yang sudah pernah aku jejaki. Karena bukan kapasitasku untuk membicarakannya. Saat ini, Ada suatu perasaan yang ingin aku utarakan dalam pondok series kali ini. hmm, mungkin lebih ke curhat kali ya. Saat ini, aku merasa ada satu kepuasan yang merasuki hati. Sebuah kepuasan ketika seabrek teori  yang banyak dipelajari di bangku sekolah hingga kuliah dapat dijalankan secara nyata di lapangan. Dulu teori-teori itu terasa menerawang serta mengambang saja dalam pikiran, tidak tergambar dengan jelas, karena memang aku sendiri belum berada dalam kondisi tersebut. Ya, hasilnya cuma mandek di teori saja.

Lebih jelasnya begini. Dulu aku belajar bagaimana karakteristik/tipe anak didik seusia 12-13 tahun. Buku-buku serta para dosen, secara rinci menerangkan tabiat-tabiat serta tahap perkembangan yang sedang dialami mereka plus bagaimana seharusnya melakukan penanganan terhadap dominansi sikap yang tengah mereka alami pada saat itu. tambah lagi, pengaruh latarbelakang keluarga serta lingkungan juga turut andil dalam menentukan kepribadian mereka(bicara teori). 

Yah, seharusnya fakta di atas sudah bisa sedikit tergambar jika aku mencoba menyelami kembali kehidupanku di masa remaja dulu. Tapi, untuk menggambarkan, merasakan serta menghayati suatu kondisi dimana aku yang sebagai guru menghadapi remaja seusia mereka tentu sangatlah sulit. Ya, karena itu tadi. Karena aku belum menjadi seorang guru yang berhadapan langsung dengan anak didik.

Ilmu (teori) memang penting. Tapi sebenarnya, ketika kita berada di suatu lapangan sebutlah itu sekolah umum ataupun pondok pesantren, segala teori itu tidak akan mampu secara utuh menjembatani kita menuju proses kerja nyata dengan mudah. Dalam buku tertentu misalnya seorang pakar mengakatan, jika kita ingin sukses menghadapi anak didik usia 12-13 tahun, kita harus rela mencoba untuk ikut masuk ke dalam dunia mereka. Apa yang sedang hangat mereka bicarakan pada saat itu, ya kita ikuti alur itu dulu sebelum mereka kita giring menuju jalan yang kita inginkan. Tapi, sesungguhnya hal tersebut tidak semudah seperti apa yang dibicarakan teori. Tidak mungkin semuanya dapat berjalan lancar seperti membalikkan telapak tangan. Lagi-lagi semuanya butuh proses dan kreativitas yang tinggi. Dan aku sudah berkali-kali mencoba menerapkan sekaligus mengamatinya hasilnya.

Profesi guru memang luar biasa. Hanya lewat pertemuan dalam kelas, kita diberi kesempatan mengamati serta melakukan riset dalam berbagai hal. Contohnya, kita bisa melakukan penelitian kecil-kecilan terhadap media belajar yang kita pakai, mampu tidak serba serbi media tersebut melejitkan semangat belajar siswa? Mampu tidak meng-cover assesment modality siswa?. Tidak hanya itu, Kita juga bisa melakukan penelitian kecil dibidang psikologi. Kalau si siswa berkepribadian introvert(sebagian sifat yang dimiliki si melankolis) bagaimana sih cara kita menghadapinya? Kalau mereka koleris bagaimana? Nah kita pakai tuh ilmu yang sudah kita pelajari selama kuliah dengan memakai prinsip coba-coba plus menyusupkan berbagai kreativitas yang kita miliki. Nah  jika yang kamu lakukan not working, do something different. Atau kalau semisalnya kita gagal, coba lagi cara lain. Hingga kemudian kita menemukan cara/formula  yang paling ampuh. Mudah kan? Coba deh, dijamin seru dan bikin puas.**subulussalam, 2013

Blogsick



Huuaaa! Welcome to the jungle again! Tempat aku cuap-cuap, marah , senang, sedih dan pokoknya tempat numpahin segala isi hati deh.

Tak bisa kusembunyikan lagi sekarang. Aku bener-bener kangen si cantik ini (baca; blogku). Kalau kuhitung-hitung, rasanya hampir tiga bulanan aku melupakannya. Sebenernya bukan lupa juga si, Cuma lokasi tempat aku ng-job sekarang jauh dari pusat kota. Buktinya, counter tempat jual pulsa aja ga ada di sini. Yah, namanya juga kampung. 

Eeeit! Jangan salah dulu. Meski kampung, tapi aku enjoy banget di sini. Fresh! Suasananya asri, belum diintervensi oleh polusi udara yang kayak di kota besar. Tiap hari aku bisa melihat sawah yang terhampar luas, bisa duduk nyantai sambil main ayunan di kerindangan pepohonan hijau. Pokoke seru abiz-lah.