Selasa, 08 Oktober 2019

ADUHAI! TIADALAH MANUSIA ITU SEMPURNA

Ketika seseorang baru hijrah. Baru nyemplung dalam suatu kajian keislaman, mulai membersamai majlis orang- orang sholih dan berilmu, mulai rajin pantengin video ceramah di waktu senggang, lantas apakah kita layak memberikan penilaian sebagai insan paripurna terhadapnya? Hanya karena tampilan fisiknya berubah. Jenggot yang mulai dipelihara, celana sudah cingkrang, kemana-mana pakai kopiah haji. Atau bagi perempuan jilbab susah panjang, pakai cadar mungkin, kemana-mana bawa mushaf dan rajin tilawah. Lalu kita berpikir dia orang baik. Akhlaknya (pasti) karimah, karena pasti dia tak emosian lagi. Pasti sudah insaf ngomongin orang.dsb.
Sudah! stop! Mohon dengan sangat, cepat sadarkan dirimu ketika pikiran seperti itu datang, hentakkan batinmu segera, lalu fahamilah bahwa tiada makhluk yang sempurna.
Jangan biarkan dirimu tergelincir jauh. Manusia se-level ustadz saja masih ada kurangnya lho, apalagi kita. Belajar agama saja baru kemarin sore. Sudahlah ya. Ingatlah kawan, hijrah fisik penampilan adalah level terendah dari tingkatan nilai hijrahnya seseorang. Bersyukur mereka sudah berusaha hijrah menjadi lebih baik. Selanjutnya biarkan mereka berproses dengan sendirinya, karena Allah takkan biarkan usaha mereka sia-sia. Selagi usaha mereka tetap berlanjut, Allah takkan pernah meninggalkan mereka.
Aku sungguh melihat bahaya yang lebih besar tatkala kita menilai seseorang dengan penilaian sempurna. Mulanya muncul kekecewaan. " bercadar  tapi kok gitu " Haduh kan udah ngaji tapi kok ya masih suka bla bla bla."
Akibatnya simpati hilang. Ujung-ujungnya penilaian baik tadi jadi sumbing separoh. Muncul rasa enggan untuk mendoakan sesama saudara. Parahnya timbul rasa ujub diri. Merasa lebih sholeh dan lain lain. Wallahu a'lam
[ Wacana ini sengaja dimunculkan untuk mengetuk pintu hati yang sudah terlanjur didera gemuruh. Agar muncul kembali kesadaran yang mungkin sejenak tlah hilang.]
** Padang, 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar