Ada yang merasa "rendah" saat ditanya apa pekerjaannya. Maklum, "hanya" ibu rumah tangga, katanya. Loh! Memangnya kenapa? Apa istilahnya mesti diganti dengan profesional manajer in house, gitu? biar terdengarnya keren dan tidak kalah pamor sama kalimah profesor or doctor.
Entahlah. Atau mungkin juga ga pe-de nya itu karena pekerjaan ini "sepertinya" tidak menghasilkan. Ya finansial tentunya. Mau beli apa tunggu dijatah suami. Eeits siapa bilang. Sekarang kan zamannya internetan. banyak yang sukses bisnis online meskipun kerjanya di rumah. Tapi, apalah itu alasannya, yang jelas ini pemikiran yang salah. Setidaknya menurut saya dan orang-orang yang sependapat dengan saya.
Saya justru iri dan salut sama teman-teman dengan profesi ini. Selain mereka telah lebih dulu menjalankan anjuran agama, mereka pastinya punya kesabaran yang luar biasa. Sabar menghadapi tingkah anak seharian penuh. Sabar melihat rumah berantakan, rapikan lagi berantakan lagi. Sabar nunggu waktu kapan bisa merapikan diri sementara si bayik nangis kejer minta asi. Sabaaar.
Meski saat ini saya masih bekerja di luar rumah, impian terbesar saya sebagai ibunya anak-anak ya tentunya bisa tetap di rumah bersama mereka. Karena saya tidak melihat untung secara materil semata. Betapa bahagianya jika kita punya andil besar di setiap tumbuh kembang sang anak. Mereka bisa melafalkan kata itu karena bantuan kita. Mereka belajar berjalan karena kita yang melatihnya. Paling utama kita bisa sepenuhnya menjalankan peranSebagai "madrasatul ula" buat mereka. Betapa besarnya "hasil" yang bisa dituai jika kita mampu menjalankan peran itu dengan baik. Berapa pahala yang bisa kita peroleh, bahkan pahala tersebut bisa tetap mengalir walau ruh sudah terpisah dengan jasad. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar