Jumat, 15 Juli 2022

Usia 30an

Sangat lucu sebenarnya jika di usia 30an itu masih baper-baperan dalam urusan "pertemanan".
Harusnya sudah berada di tingkat "saling memahami". Teman belum balas chat, its ok,  mungkin sibuk. Teman belum mau cerita kenapa dia menangis, tak mengapa, mungkin dia butuh waktu merenung sendiri dulu, kita tidak perlu tau juga kan semua kisah hidupnya. Karena bukanlah konsekuensi sebuah pertemanan untuk tau semua hal tentang kehidupan si teman.

Harusnya usia ini sudah melahirkan pribadi yang matang. Ya, harusnya sih. Sudah bisa meredam emosi yang berlebihan untuk lebih mengoptimalkan porsi logika. Sudah bisa sedikit mengenyampingkan ego untuk memelihara iklim damai.
Sudah bisa bersikap elegan walau berada di kondisi terburuk sekali pun. Tenang dan tidak meledak-ledak. Menarik rasa sakit dalam-dalam, lalu mengikhlaskan semua ketidaknyamanan.

***

Di usia 30an. Mari berusaha untuk tidak ikut-ikutan latah, yang bisanya cuma jadi folower dari kubu adidaya dan adikuasa.
Mestinya sudah punya prinsip. Berani kontra meskipun nantinya akan ditinggalkan, bahkan disingkirkan. Berani jalan sendiri meski semua mata memandang dengan tatapan aneh.

Punya jiwa besar itu penting. Mau menerima kesalahan. Selalu terbuka untuk kritik dan saran.
Mau menerima diri sendiri. Tidak lagi memaksa diri untuk tampil sempurna di hadapan orang. Yang kalau gagal bisa mengikis ketenangan hati. Manusia memang tak ada yang sempurna bukan. Kalau jatuh, ya tinggal bangkit lagi. Kalau salah, perbaiki lagi.
Mari belajar terus untuk menutup telinga dari nada-nada sumbang yang datang dari kanan dan kiri. Karena bisa merusak sendi-sendi kehidupan yang sudah susah payah dibangun.

***

Kalau katanya, di usia 30an ini manusia cenderung melakukan "audit kehidupan" untuk mendapatkan variasi dan kepuasan hidup.
Saat titik-titik yang mau dicapai sudah makin benderang.
Bidang karir sudah tetap atau pun belum tetap. Tapi semua sudah terencana dengan matang. Beberapa mungkin sudah berada dalam sebuah pernikahan. Ada suami atau istri, ada anak-anak.
Tentu banyak tugas yang akan diemban.
Belum lagi tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan spiritual.
Sedangkan di usia produktif ini rentang waktu bekerja kian panjang.
Butuh kemahiran dalam mengelola skala prioritas.
Terkadang pasti akan menemui masa kritis juga. Dan itu sangat wajar terjadi.
Kurangnya me time, kurangnya we time bersama pasangan dan keluarga.
Perlu usaha untuk meningkatkan kualitas pertemuan di sempitnya kebersamaan.
Ya, Begitulah kompleksnya kehidupan kepala tiga. Namun selalu ada rasa syukur kala terhanyut dalam perenungan. Tergambar jelas titik-titik revolusi diri di setiap perpindahan usia.
Ya, semoga selalu bahagia. *padang 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar